REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Muslim Nigeria mendesak pemerintah untuk mengadopsi sistem zakat guna mengatasi kemiskinan dan kesenjangan sosial yang kian melebar antara warga kaya dan miskin. Langkah itu dinilai sebagai solusi tepat dan konkret. Pakar Studi Islam, Abdul Hakeem Mobolaji mengatakan zakat tidak hanya sebatas kewajiban agama tetapi memiliki peran vital dalam meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial.
"Sayang, pilar ini diabaikan," papar dia seperti dikutip onislam.net, Jum'at (6/7). Abdul mengatakan zakat tidak sama dengan skema jaminan sosial yang banyak diterapkan negara-negara barat. Sebab zakat memiliki potensi lebih dari itu. "Potensinya luar biasa," kata dia.
Kordinator Yayasan Zakat dan Sedekah, Abdullahi Shuabib mengatakan lembaga zakat mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada guna membangun infrastruktur sosial yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi kemiskinan, yang banyak dialami kalangan jompo, anak yatim, janda dan lainnya.
"Kami tidak mengatakan sistem ini juga harus diberlakukan pada kalangan non-muslim. Akan tetapi sistem ini mengikat kalangan muslim agar tidak hanya membayar zakat sekali dalam setahun tapi rutin dalam setiap bulan. Kalau memang itu diterapkan dnegan baik, pemerintah memproleh dana jutaan Naira," tambahnya.
Menurut Abdullahi, katakanlah 30 juta dari 70 juta muslim menyerahkan zakat, lalu dana demikian besar ini digunakan secara bijaksana maka berapa ratus atau mungkin ribuan warga miskin yang berhasil diangkat derajatnya. "Insya Allah, saya optimistis dengan keberhasilan dari sistem ini," ucapnya.
Nada pesismistis justru diungkapkan para ahli. Menurut mereka, sistem zakat akan banyak mendapatkan penolakan dari masyarakat Nigeria yang beragam. Keberagaman itu merupakan tantangan utama dari pemberlakukan sistem zakat. "Tantangan lain, kerjasama dan kepercayaan antar komunitas muslim saat menangani dana demikian besar," papar Pakar ekonomi, Dr Mobolaji.
Menurutnya, sekarang ini pemerintah tidak memiliki kekuatan guna mengatur atau mengawasi, belum lagi manajemen yang buruk. Dengan demikian, peluang terjadinya kebocoran dana semakin membesar. "Masalah lain, tenaga terlatih dalam pengelolaan zakat," ujarnya.
Nigeria, merupakan salah satu negara kaya akan minyak. Namun, sekitar 60,9 persen dari 130 juta penduduk Nigeria hidup dalam kemiskinan.