Selasa 03 Jul 2012 19:23 WIB

Makna Esoteris Isra Mikraj (4-habis)

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Malam hari memang menampilkan kegelapan, tetapi bukankah kegelapan malam itu menjanjikan keheningan, kesenduan, kepasrahan, kesyahduan, kerinduan, kepasrahan, ketenangan, dan kekhusyukan?

Suasana batin seperti ini amat sulit diwujudkan pada siang hari. Seolah-olah yang lebih aktif pada siang hari ialah unsur rasionalitas dan maskulinitas kita sebagai manusia dan ini mendukung kapasitas manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Sedangkan pada malam hari yang lebih aktif ialah unsur emosional-spiritual dan feminitas kita dan ini mendukung kapasitas kita sebagai hamba (abid). Dua kapasitas manusia ini menjadi penentu keberhasilan hidup seseorang.

Sehebat apa pun prestasi sosial seseorang, tetapi gagal membangun dirinya sebagai hamba yang baik, itu sia-sia. Hal yang sama juga terjadi sebaliknya.

Keutamaan malam hari juga banyak sekali membuat anak manusia menjadi lebih sadar atau lebih insaf dari perbuatan masa lalu yang kelam dan hitam. Malam hari banyak menumpahkan air mata tobat para hamba yang menyadari akan kesalahannya.

Malam hari paling tepat dijadikan momentum untuk sebuah cita-cita luhur. Mungkin ini salah satu keistimewaan pondok pesantren yang memanfaatkan malam hari untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti santrinya.

Sementara, di sekolah-sekolah umum atau sekolah yang non-boarding jarang sekali memanfaatkan secara terstruktur malam harinya untuk pembinaan budi pekerti. Padahal, Tuhan sebenarnya sudah mengisyaratkan bahwa pada umumnya shalat itu ditempatkan pada malam hari.

Hanya shalat Dzuhur dan Ashar waktunya pada siang hari, selebihnya pada malam hari, seperti shalat Maghrib, Isya, tahajud, witir, tarawih, fajar, dan Subuh. Ini isyarat bahwa pendekatan pribadi secara khusus kepada Tuhan lebih utama pada malam hari.

Perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad yang mahadahsyat itu dilakukan pada malam hari. Intensitas perjalanan malam tidak perlu diragukan. Nabi pada umumnya melakukan perjalanan jauhnya pada malam hari. Di samping lebih dingin, juga nuansa ibadahnya lebih kental. Dan yang jelas, perjalanan spiritual menuju Tuhan terasa lebih cepat jika dilakukan pada malam hari ketimbang siang hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement