REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Organisasi Masyarakat (Ormas) Front Umat Islam (FUI) Kota Bandung meminta kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan pihak terkait agar kawasan prostitusi Saritem dan tempat perjudian ditutup kembali, khususnya selama bulan suci Ramadhan tahun 2012.
"Aktivitas pelacuran di Saritem saat ini sudah menggeliat lagi, walaupun tahun 2007 sempat ditutup oleh Pemkot Bandung. Oleh karena itu, Saritem harus ditutup dengan jilid II, begitupun dengan tempat judi. Apalagi sekarang menjelang bulan suci Ramadhan," kata Ketua Dewan Syuro Front Umat Islam (FUI) Muhammad Hilman Firdaus, di Masjid Al Jihad Siliwangi Kota Bandung, Jumat (29/6).
Hilman menuturkan, pekan lalu pihaknya sudah berkomunikasi dengan Kapolsek Andir Kota Bandung perihal keinginan FUI Kota Bandung dan gabungan laskar-laskar yang meminta penutupan kawasan prostitusi Saritem dan tempat perjudian.
"Saya sudah mendatangi Pak Kapolsek Andir untuk mempertanyakan masalah ini. Dan jawaban Kapolsek adalah saya siap memberantas judi dan prostitusi di Kota Bandung. Begitupun dengan Pak Camat Andri yakni Edi Marwoto yang bertemu tadi malam, dia menyatakan bahwa Saritem sudah tidak ada," ujar Hilman.
Dikatakannya, sesuai dengan visi dan misi Kota Bandung sebagai Kota Agamis, pihaknya ingin pelaksanaan ibadah puasa selama bulan suci Ramadhan tidak dinodai dengan aktivitas prostitusi dan perjudian.
"Kami juga sudah berkomunikasi dengan germo di sana (Saritem), dan kami minta agar tolong hentikan aktivitas prostitusi di Saritem selama bulan puasa ini yang utamanya. Saya ingin bulan Ramadhan ini, umat Islam bisa betul-betul nyaman menjalankannya," kata dia.
Pihaknya menambahkan, alasan lainnya mengapa kawasan Saritem harus ditutup kembali karena semakin meningginya jumlah penderita HIV AIDS positif di Kota Bandung.
"Data dari acara HIV AIDS yang diadakan di Hotel Mitra menyebutkan bahwa ada 2.600 kasus HIV AIDS di Kota Bandung. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah penderita HIV AIDS semakin naik karena dua sumber yakni prostisusi dan narkoba," ujar Hilman.