Sabtu 16 Jun 2012 12:12 WIB

Dr Faizah Ali Sibromalisi: Islam tak Mengenal Konsep Gender (2)

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Heri Ruslan
Dr Faizah Ali Sibromalisi
Foto: Republika/Agung
Dr Faizah Ali Sibromalisi

REPUBLIKA.CO.ID, Lalu bagaimana tentang emansipasi dan kesetaraan gender? Adakah konsep itu dalam Islam?

Berbicara tentang emansipasi, kita bisa merujuk pada bagaimana kehidupan perempuan pada masa sebelum kedatangan Islam. Pada masa jahiliyah, wa’dul banat (membunuh anak-anak perempuan) mengancam hak hidup perempuan. Kemudian Islam datang dan Alquran surah Al-Isra’ ayat 31 berkata, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” Perintah yang sama terdapat pada ayat ke-151 dari surah Al-An’am.

Selain itu, dalam surah Ali ‘Imron ayat 190-191, Allah menyebut kata-kata ulul albaab yang berarti “orang-orang yang berakal.” Meski merujuk pada laki-laki, kata-kata tersebut juga ditujukan bagi perempuan. Hal itu terlihat pada ayat 195 dalam surah yang sama, di mana perempuan disebutkan secara tegas dalam firman “...Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.”

Semua ayat itu menunjukkan bahwa potensi laki-laki dan perempuan adalah sama di sisi Allah. Dan itu menunjukkan pula bahwa Islam telah mengangkat derajat perempuan dari posisi terhina dan menyejajarkan mereka dengan laki-laki. Alquran surah Al-Ahzab ayat 35 secara tegas berbicara tentang ampunan dan pahala yang dijanjikan Allah bagi laki-laki ataupun perempuan Muslim yang beramal shaleh. Allah tidak membedakan keduanya.

Adapun gender, Islam tidak mengenal itu. Penciptaan laki-laki dan perempuan bukan sebagai pembeda antara keduanya, melainkan untuk menumbuhkan fungsi komplementer dari keduanya. Ayat ke-49 surah Adz-Dzarriyyat berbunyi, “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.”

Sedangkan dalam surah Al-Baqarah ayat 187 Allah berkata, “...Mereka itu (istri-istrimu) adalah pakaian bagi kalian, dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka.” Maka jelas bahwa keberadaan laki-laki dan perempuan adalah untuk saling melengkapi satu sama lain.

Dalam konteks hubungan kemitraan dalam keluarga, hubungan antara laki-laki dan perempuan (suami dan istri) memiliki makna yang lebih dalam. Dalam pandangan Islam, pernikahan tidak saja tempat bertemunya laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama. Lebih dari itu, pernikahan menjadi ladang ibadah dan mu’asharah (hubungan yang baik).

Masa R.A. Kartini yang dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan di Indonesia merupakan gambaran masa jahiliyah di Tanah Arab sebelum kedatangan Islam, yang terjadi di zaman modern. Di sisi lain, sosok Kartini dan sejumlah tokoh perempuan lainnya menjadi bukti bahwa secara intelektual, kemampuan perempuan tidak berbeda dengan laki-laki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement