Rabu 13 Jun 2012 20:42 WIB

Jauhar dan Aradh (2)

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Dalam pandangan filsafat kain, tembok, yang dinamai merupakan entitas tersendiri dan merah, putih, dan nama juga merupakan entitas tersendiri.

Sedangkan, menurut kalangan sufi, kedua komponen itu bukan merupakan entitas tersendiri, yang berbeda, dan terpisah satu sama lain.

Analoginya, para filsuf dan teolog menganggap Tuhan dan makhluknya entitas yang berbeda, bahkan sangat amat berbeda. Satu Tuhan Yang Mahamulia, yang lainnya makhluk yang sangat bersahaja dan sederhana.

Sedangkan, kalangan sufi menganggap keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan (tauhid). Yang satu merupakan zat, Haqiqat al-Wujud, yang lainnya adalah manifestasi (madzhar) dari zat atau Haqiqat al-Wujud, baik dalam bentuk jauhar maupun aradh.

Dalam pandangan tasawuf, bisa disimpulkan bahwa perwujudan segala sesuatu (a'yan) merupakan manifestasi aradh dan aradh merupakan manifestasi dari jauhar, kemudian jauhar manifestasi dari Al-Haq (al-Haqiqah al-Wujud).

Dari sinilah sebabnya, mengapa kalangan sufi enggan menyebut Al-Khaliq dan al-makhluq, tetapi lebih suka menyebut istilah Al-Haq untuk Tuhan dan al-khalq untuk makhluk, termasuk manusia, karena garis demarkasi antara al-Khaliq dan al-makhluq sangat tidak jelas.

Mungkin yang paling dekat dapat dijadikan ukuran ialah antara al-A'yan al-Tsabitah yang sering juga disebut al-A'yan al-Dakhiliyyah (walaupun ini sebetulnya tidak terlalu tepat) dan al-A'yan al-Kharijiyyah (lihat artikel terdahulu, “Apa Itu al-A’yan al-Tsabitah”).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement