Ahad 03 Jun 2012 19:56 WIB

Thomas Djamaluddin: Jangan Ada Dikotomi antara Sains dan Islam (Bag 4-habis)

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Heri Ruslan
Luar angkasa (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Luar angkasa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Bagaimana dengan kiprah ilmuwan Muslim sendiri di antara ilmuwan-ilmuwan dunia lainnya?

Saya kira dalam sejarah sains sama saja. Peran dan kontribusi Muslim bagi astronomi dibahas sesuai dengan kontribusi yang mereka berikan. Selain pemikiran mengenai konsep-konsep astronomi, kontribusi tersebut juga dilihat dari karya tulis yang mereka hasilkan.

Dengan demikian, dunia mengakui kontribusi mereka sebagaimana mengakui kontribusi ilmuan Barat atau non Muslim. Ada banyak tokoh Muslim yang menonjol dalam dunia astronomi, seperti al-Battani yang menjelaskan tentang kemiringan poros bumi, musim di bumi, gerhana matahari, penampakan hilal, dan juga tentang tahun matahari yang terdiri dari 365 hari.

Selain itu, ada pula al-Faraghani yang menjelaskan tentang dasar-dasar astronomi, termasuk gerakan benda langit dan diameter bumi serta planet-planet lainnya. Juga Ibnu Hayyan yang dikenal sebagai Bapak Kimia, menjelaskan tentang warna matahari, konsep bayangan, serta pelangi. Dan banyak lagi astronom Muslim yang mewarnai sejarah astronomi.

 

Mengetahui betapa hebatnya muatan sains dalam Alquran, apa harapan Anda bagi umat Islam terkait itu?

Ada dua hal utama yang perlu dilakukan dan diperbaiki. pertama, umat Islam harus menghilangkan dikotomi sains dan Islam. Selama ini, sains kerap dianggap produk Barat, sehingga ada pemilahan mana sains Barat dan mana pengetahuan Islam. Padahal seharusnya tidak demikian.

Sains bisa dibuktikan dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, bukan dengan klaim bahwa ini sains milik Muslim dan ini milik non Muslim. Sains dapat dikaji ulang oleh siapapun tanpa memandang bangsa ataupun agama. Ia harus jadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan juga sejalan dengan Alquran. Maka tugas ilmuan adalah untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan bagi maslahat manusia dan juga alam semesta.

Kedua, setelah menghapuskan dikotomi tersebut, senada dengan pesan Rasulullah saw, saya berharap umat Islam terus belajar, termasuk mendalami ilmu pengetahuan. Mengapa? Karena sains adalah bagian dari cara kita memahami alam semesta. Sains adalah kontribusi manusia sepanjang masa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement