Senin 28 May 2012 16:26 WIB

Mengapa Alam Semesta Mau Tunduk kepada Manusia? (3-habis)

Ilustrasi
Foto: spaceandmotion.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Dari sisi spiritual manusia juga memilikinya. Bahkan, tidak tanggung- tanggung, Allah sendiri yang meniupkan ruh-Nya ke dalam diri Adam.

Dengan demikian, secara lahir dan batin manusia merupakan ciptaan terbagus. Di dalam Alquran, surah Shad ayat 75, secara eksplisit Allah menciptakan manusia lengkap dengan kedua tangan-Nya.

Dalam surah tersebut Allah berfirman, “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”

Manusia disebut sebagai lokus penampakan asma Allah karena ia dapat memantulkan secara sempurna semua asma Allah. Sedangkan makhluk-makhluk lainnya hanya bisa memantulkan sebagian.

Manusia bisa mamantulkan asma Allah, termasuk nama-nama aktif-Nya yang terkesan saling berlawanan satu sama lain. Seperti asma Yang Maha Indah (al-Jamal) dan Yang Maha Agung (al-Jalal), Yang Maha Lembut (al-Lathif) dan Yang Maha Pemaksa (al-Qahhar), serta Yang Maha Pemberi Manfaat (al-Nafi’) dan Yang Maha Pemberi Bahaya (al-Dhar).

Alam mineral, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan malaikat tidak mengenal dosa dan maksiat karena itu sulit kita membayangkan mereka dapat memantulkan sifat-sifat Allah Yang Maha Pemaaf (al-Afwu), Yang Maha Penerima Tobat (al-Tawwab), dan Yang Maha Pengampun terhadap segala dosa (al-Gafur).

Dari sudut pandang inilah, SH Nasr menyebut manusia sebagai satu-satunya makhluk teomorfis atau makhluk eksistensialis, yang bisa turun naik martabatnya di mata Tuhan. Dari sudut pandang ini juga, Al-Jilli melihat manusia sebagai makhluk paripurna atau insan kamil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement