Kamis 24 May 2012 22:42 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Salim maula Abu Hudzaifah, Pemikul Alquran Terbaik (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pada diri Salim RA terhimpun keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam agama Islam. Semuanya itu berkumpul pada dirinya dengan dihiasi keimanannya yang mendalam sehingga menjadi suatu susunan yang amat indah.

Kelebihannya yang paling menonjol ialah mengemukakan apa yang dianggapnya benar secara terus terang. Ia tidak menutup mulut terhadap suatu kalimat yang seharusnya diucapkannya, dan ia tak hendak mengkhianati hidupnya dengan berdiam diri terhadap kesalahan yang menekan jiwanya.

Setelah Kota Makkah dibebaskan oleh kaum Muslimin, Rasulullah SAW mengirimkan beberapa rombongan ke perkampungan suku-suku Arab sekeliling Makkah. Misi mereka adalah untuk berdakwah bukan berperang.

Salah seorang pemimpin dari salah satu pasukan ialah Khalid bin Walid RA. Ketika Khalid RA sampai di tempat yang dituju, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkannya terpaksa mengunakan senjata dan menumpahkan darah.

Sewaktu peristiwa ini sampai kepada Nabi SAW, beliau memohon ampun kepada Allah seraya berkata, "Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang dilakukan Khalid.”

Dalam ekspedisi yang dipimpin Khalid ini, ikut bersamanya Salim maula Abu Hudzaifah RA serta sahabat-sahabat lainnya. Melihat perbuatan Khalid tadi, Salim menegurnya dengan sengit dan menjelaskan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya.

Salim tetap berpegang pada pendiriannya dan mengemukakannya tanpa takut atau bermanis mulut. Ketika itu, ia memandang Khalid bukan sebagai salah seorang bangsawan Makkah, dan ia pun tidak merendah diri karena dahulu ia seorang budak.

Ia menentang dan menyalahkan Khalid bukanlah karena ambisi atau kepentingan pribadi tertentu, ia hanya melaksanakan nasihat yang diakui sebagai haknya dalam Islam, dan yang telah lama didengarnya dari Nabi SAW, bahwa nasihat itu merupakan teras dan tiang agama. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Agama itu ialah nasihat.”

Ketika Rasulullah mendengar perbuatan Khalid bin Walid, beliau bertanya,“Adakah yang menyanggahnya?” Alangkah agungnya pertanyaan itu, dan alangkah mengharukan. Ketika para sahabat mengatakan pada beliau, "Ada. Salim menegur dan menyanggahnya!”

Selama hayatnya, Salim RA hidup mendampingi Rasulullah dan orang-orang beriman. Tidak pernah ketinggalan dalam suatu peperangan mempertahankan agama, dan tak kehilangan gairah dalam suatu ibadah.

Sementara persaudaraannya dengan Abu Hudzaifah, makin hari makin bertambah erat dan kukuh jua. Saat terjadi pertempuran Yamamah, suatu peperangan sengit yang merupakan ujian terberat bagi Islam, kaum Muslimin berangkat untuk berjuang. Tidak ketinggalan Salim bersama Abu Hudzaifah RA, saudaranya seagama.

sumber : Sumber: 101 Sahabat Nabi oleh Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement