REPUBLIKA.CO.ID, Keunggulan dan kedalaman pengertian Zaid bin Tsabit mengenai Alquran telah mengangkatnya menjadi penasihat kaum Muslimin.
Para khalifah senantiasa bermusyawarah dengan Zaid dalam perkara-perkara sulit, dan masyarakat umum selalu minta fatwa dia tentang hal-hal yang musykil.
Keunggulannya terutama tentang hukum warisan, karena belum ada di antara kaum Muslimin ketika itu yang lebih mahir membagi warisan selain daripada Zaid.
Umar bin Khathab pernah berpidato pada hari Jabiyah, “Hai manusia, siapa yang ingin bertanya tentang Alquran, datanglah kepada Zaid Bin Tsabit. Siapa yang hendak bertanya tentang fikih, temuilah Mu’adz bin Jabal. Dan siapa yang hendak bertanya tentang harta kekayaan, datanglah kepada saya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan saya penguasa, Allah jualah yang memberinya.”
Para pencari ilmu yang terdiri dari para sahabat dan tabi’in, mengerti benar ketinggian ilmu Zaid bin Tsabit. Karena itu, mereka sangat hormat dan memuliakannya, mengingat ilmu yang bersarang di dadanya adalah ilmu Alquran.
Seorang sahabat lautan ilmu pula, yaitu Abdullah bin Abbas, pernah melihat Zaid bin Tsabit direpotkan hewan yang sedang dikendarainya.
Lalu Abdullah berdiri di hadapan kendaraan itu dan memegang talinya supaya tenang. Kata Zaid bin Tsabit kepada Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas), “Biarkan saja hewan itu, wahai anak paman Rasulullah!”
“Beginilah kami diperintahkan Rasulullah menghormati ulama kami,” jawab Ibnu Abbas.
Kata Zaid, “Coba perlihatkan tanganmu kepadaku!”
Ibnu Abbas mengulurkan tangannya kepada Zaid. Ia memegang tangan Ibnu Abbas lalu menciumnya. Kata Zaid, “Begitulah caranya kami diperintah Rasulullah SAW menghormati keluarga nabi kami.”
Tatkala Zaid bin Tsabit berpulang ke Rahmatullah, kaum Muslimin sedih karena pelita ilmu yang menyala telah padam. Abu Hurairah berkata, “Telah meninggal samudera ilmu umat ini. Semoga Allah menggantinya dengan Ibnu Abbas.”
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada Zaid bin Tsabit. Amin.