Kamis 24 May 2012 11:57 WIB

Bagaimana Berguru kepada Penghuni Alam Lain? (1)

Ilustrasi
Foto: indonesiaoptimis.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Di antara mereka ber-tajassud kepadaku di bumi,

yang lainnya ber-tajassud di udara.

Di antara mereka ber-tajassud di manapun aku berada,

yang lainnya ber-tajassud di langit.

Mereka mengajariku dan aku pun mengajarinya.

Namun, keberadaanku tidak sama.

Aku tetap di dalam entitasku.

Mereka tidak tetap dalam entitasnya.

Mereka menjelmakan diri dalam berbagai bentuk.

Seperti air yang masuk di dalam cangkir yang berwarna.

(Ibnu Arabi, Futuhat Al-Makkiyah, Juz 1, hal 735)

Dalam artikel lalu digambarkan kemungkinan orang berguru kepada alam-alam lain. Sebagaimana dilakukan orang-orang khusus yang berhasil menembus hijab atau menyingkap tabir yang juga diisyaratkan dalam Alquran dan hadis.

Ternyata tidak sedikit orang berhasil mengakses dan berkomunikasi dengan penghuni alam spiritual itu. Contohnya, pengalaman batin Ibnu Arabi yang diungkapkan dalam bentuk syair seperti dikutip di atas.

Masalahnya di sini adalah mekanisme apa yang dilalui para sufi yang berhasil menembus batas alam spiritual tersebut? Sebelum membahas pertanyaan ini, terlebih dahulu kita perlu memahami apa yang dimaksud alam oleh para sufi.

Secara kebahasaan, alam berasal dari akar kata alima-ya’lamu, berarti mengetahui. Dari akar kata ini terbentuk kata ‘alam yang artinya tanda, petunjuk, atau bendera; dan ‘alamah yang bermakna alamat atau sesuatu yang melalui dirinya dapat diketahui sesuatu yang lain (ma bihi ya’lamu al-syai).

Dalam perspektif tasawuf, alam adalah segala sesuatu selain Allah SWT (ma siwa Allah). Alam adalah tanda yang menunjuk kepada (adanya) Allah. Alam juga memberikan kesadaran dan pengetahuan.

Alam meliputi seluruh universalitas (kulliyyat) alam dengan segenap bentuknya secara ijmali/undifferentiated.

Alam dalam form atau bentuk ini, dalam ilmu filsafat dikenal dengan istilah al-’aql al-awwal/the first intellect. Dari sini, Allah sebagai Al-Rahman dimanifestasikan.

Di sisi lain, alam mencakup pula hakikat seluruh partikularitas (juziyyat) secara tafshili/differentiated yang terkandung di dalam al-’aql al-awwal/the first intellect.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement