Rabu 23 May 2012 19:23 WIB

'Larangan Jilbab Prancis Picu Diskriminasi Muslimah Inggris'

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
muslimah Inggris (ilustrasi)
muslimah Inggris (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LEICESTER - Meningkatnya jumlah kasus diskriminasi terhadap Muslimah Inggris ditenggarai karena larangan jilbab yang diberlakukan Prancis dan tumbuhnya kelompok anti-Islam Eropa. Demikian kesimpulan studi terbaru yang dirilis Universitas Leicester, Rabu (23/5).

Kepala Peneliti Universitas Leicester, Irene Zempi mengatakan larangan jilbab di Prancis merupakan pemicu meningkatnya permusuhan terhadap Muslimah berjilbab. Sebab, jilbab merupakan simbol visual dari Islam di Barat.

"Jadi, larangan jilbab merupakan manifestasi konkret dari Islamofobia. Larangan ini murni menyerang Islam lantaran jilbab atau burka berafiliasi dengan Islam. Padahal Islam memandang jilbab sebagai kode wajib berpakaian bukan simbol yang menampilkan afiliasi seseorang," papar dia seperti dikutip onislam.net.

Dikatakan Zempi, kebijakan larangan jilbab juga membentuk lahan subur bagi tumbuhnya kampanye anti-Islam yang dikomandani kelompok sayap kanan Eropa. Menurutnya, larangan jilbab selanjutnya tidak hanya membayangi masalah fundamental dari kebebasan beragama sebagai hak asasi manusia tetapi juga membunuh privasi dan eksperesi individu.

"Larangan ini menindas perempuan yang ingin mengenakan jilbab dengan mencabut hak mereka atas tubuh dan bagaimana mereka menutupi tubuhnya dengan pakaian," ujarnya.

Kriminolog Universitas Leicester, Jon Garland memuji hasil riset itu dengan harapan akan membantu masyarakat Eropa untuk memahami masalah jilbab dan burka. "Dalam masalah ini lebih banyak prasangka. Hasil rtiset ini merupakan cahaya yang diharapkan bakal menggugurkan setiap prasangka," harap dia.

"Larangan ini tidak secara eksplisit memotivasi kebencian dan kekerasan, tetapi dalam penerapannya memberikan kontribusi pada iklim intoleransi Islam di Barat," tambah dia.

Penelitian Zempi terfokus pada wawancara individu, dan fokus pada Muslimah berjilbab, termasuk wawancara dengan Muslimah Prancis yang pindah ke Leicester dari Perancis karena larangan jilbab. Hasil riset itu selanjutnya dipaparkan dalam seminar Departemen Riset, Universitas Leicester.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement