Senin 21 May 2012 14:25 WIB

Generasi Baru Muslim AS tak Menyerah pada Keadaan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Yudha Manggala P Putra
I’m living proof that it does produce leaders of tomorrow because of the people that help our young leaders grow,” Hossain said
Foto: onislam.net
I’m living proof that it does produce leaders of tomorrow because of the people that help our young leaders grow,” Hossain said

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Sebelum Nabi Muhammad SAW dan para sahabat membangun masyarakat muslim yang makmur dan sejahtera, mereka harus melalui pendidikan mental dan spiritual yang tiada habisnya. Kisah itu, rasanya cukup tepat untuk menggambarkan kondisi muslim di negara-negara barat, termasuk Amerika Serikat.

Tragedi 9/11 merupakan satu dari sekian banyak pendidikan mental dan spiritual yang dialami muslim AS. Satu dekade berlalu, perlahan demi perlahan, muslim AS mulai menapaki sebuah tahapan layaknya pendahulu mereka yang saat itu tengah membangun sebuah peradaban Islam di Timur Jauh.

Akbar Hossain, imigran muslim asal Bangladesh misalnya. Ia datang ke AS, tepat sebelum tragedi 9/11. Saat itu, tidak terbayang sebuah mimpi buruk bakal menimpanya. "Kami tiba di AS 9 September 2001," kata dia seperti dikutip onislam.net, Senin (21/5).

Dua hari setelah kedatangannya, Akbar mendengar kabar mengerikan dari New York. Dua menara kembar luluh lantah disambar dua pesawat komersial yang dibajak. Tak lama, ia mulai merasakan reaksi anti Muslim. "Di sekolah saya merasakan waktu-waktu sulit," kata Akbar.

"Saya mulai sekolah di sini pada Oktober 2001, dan memiliki nama muslim. Saya seolah kebal menerima lelucon berkaitan dengan peristiwa tersebut. Yang membuatku sedih adalah, kematian ayah saya membuat semua serba sulit," katanya.

Dari kematian ayahnya itu, Akbar dan keluarga berada di tengah persimpangan, apakah harus meninggalkan AS dan kembali ke Bangladesh. Pada persimpangan itulah, komunitas muslim Lansdale dan Greater Valley Forge menawarkan bantuan keuangan.

"Mereka mendukung kami dan membantu kami untuk menghadapi masa sulit," kata Akbar yang tak berhenti mengucap rasa syukur.

Dari bantuan itu, ibunya mulai bekerja paruh waktu. Akbar pun mulai mengikuti jejak ibunya pada tahun berikutnya. Meski bekerja, Akbar  tak lupa untuk menyelesaikan pendidikannya. Ia peroleh beasiswa bergengsi yakni beasiswa Truman.

Sukses secara akademis, mengantarkannya untuk melanjutkan studi ke Franklin & Marshall College di Lancaster. Ia pun ditunjuk sebagai presiden asrama mahasiswa kampus tersebut.

Tak hanya itu, ia juga menjadi Ketua Kehormatan dan pendiri Himpunan Mahasiswa Islam, ahli pajak untuk Program Relawan Pajak Penghasilan.

"Saya berterima kasih kepada semua pihak, terutama komunitas muslim atas pencapaiannya saat ini. Ketika keluarga saya sedang membutuhkan bantuan,  komunitas muslim berada paling depan untuk kami," kata dia yang saat ini menetap di Distrik Norristown, Pennsylvania.

Bagi Akbar, keberhasilannya itu mencerminkan adanya kesempatan bagi muslim lainnya untuk mencapai hal serupa.

"Saya percaya, komunitas muslim selalu berjuang dan bekerja keras untuk mendapatkan haknya. Itu yang saya rasakan. Saya menjadi begitu bergairah untuk membantu saudara saya yang lain sehingga kelak akan melahirkan generasi baru muslim yang takkan menyerah pada keadaan," pungkas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement