REPUBLIKA.CO.ID, Selama beberapa lama, masjid ini menjadi satu-satunya masjid di Busra. Kini masjid yang memiliki nama lain Jami' Al-Arus itu menjadi masjid utama Busra sekaligus madrasah bagi anak-anak.
Di sepanjang bagian depan bangunan masjid, tempat sebuah pintu masuk berada, terdapat serangkaian tiang-tiang ionik (tiang dengan ukuran ramping dan memiliki hiasan berupa lengkungan-lengkungan spiral) yang menopang sudut-sudut lengkungan dindingnya.
Konstruksi dinding masjid ini menggunakan susunan batu yang dipotong menyerupai bentuk batu bata, yang diambil dari puing reruntuhan di sekitarnya.
Pun bagian interiornya juga menampilkan material daur ulang. Meski demikian, interior Masjid Al-Umari menghadirkan suasana yang tenteram serta ruang lapang yang indah.
Dalam laman virtualtourist.com dijelaskan bahwa bagian utama masjid yang berfungsi sebagai ruang shalat utama adalah sebuah halaman persegi.
Halaman ini dikelilingi tiang-tiang yang menyangga sudut-sudut lengkungan dinding pembatas ruang utama dengan koridor di sekelilingnya. Koridor tersebut masing-masing berjumlah satu buah di sisi timur dan baratnya. Sementara dua koridor lainnya berada di sebelah selatan dengan ujung yang mengarah ke ruang shalat utama.
Halaman tersebut mulanya digunakan sebagai pasar dan tempat tidur para kafilah yang sedang melakukan perjalanan perdagangan melalui Suriah. Dengan demikian, masjid itu dulunya menjadi semacam rest area, terutama pada momen haji ketika para peziarah melakukan perjalanan menuju Makkah.
Menara persegi yang memperlengkap bangunan Masjid Al-Umari merupakan percontohan awal arsitektur menara Umayyah, namun bagian atasnya menampilkan pengaruh Ayyubiyah.
Bentuk menara seperti pada Masjid Al-Umari banyak ditemukan pada masjid-masjid penting peninggalan Umayyah lainnya di Damaskus dan Aleppo (dua kota terbesar di Suriah). Tiang-tiang beraneka ukuran itu di antaranya terbuat dari batuan basal dan marmer. Sebagian dipasang dalam tahap pembangunan awal dan sebagian lainnya pada tahap restorasi.