Kamis 10 May 2012 20:08 WIB

Sejenak Singgah di Damaskus (2)

Rep: Ferry Kisihandi/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Al-Umari di Busra, Suriah.
Foto: http://archnet.org
Masjid Al-Umari di Busra, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, Di mana Islam berkibar, di situ masjid berdiri.

Tak lama setelah pasukan tentara Islam di era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab berhasil menumbangkan dominasi Kekaisaran Romawi di Kota Busra, Syam (kini Suriah), berdiri sebuah masjid di kota itu.

Masjid bersejarah yang terletak sekitar 140 kilometer arah selatan dari Damaskus, Ibukota Suriah itu bernama Masjid Al-Umari.

Masjid tersebut merupakan satu dari beberapa masjid tertua dalam sejarah Islam yang masih bertahan hingga saat ini.

Masjid Al-Umari pertama kali dibangun pada era kepemimpinan Umar bin Khattab (586/590-644). Pembangunan masjid itu barus selesai pada 720 M oleh khalifah dari Bani Umayyah, Yazid bin Abdul Malik (687-724), yang berkuasa sejak 720 M hingga wafat.

Soal asal mula nama masjid itu, para sejarawan tak bisa memastikannya. Bisa jadi, nama masjid itu diambil dari Umar bin Khattab. Namun, bisa pula dari khalifah Umayyah bernama Umar II yang berkuasa pada 717-720 M.

Masjid ini terbilang unik. Betapa tidak, bangunan rumah ibadah kaum Muslim itu dibangun dengan batu-batu serta tiang-tiang dari puing beberapa bangunan Romawi di Kota Busra, termasuk dari puing kuil kafir yang lebih dahulu ada di kota itu. Karena itu, di sekitar Masjid Al-Umari sekarang dapat ditemukan sejumlah bangunan kuno yang menyisakan puing-puing reruntuhan.

Ketika Amir Ayyubiyah, Nashiruddin Usman bin Ali, berkuasa, masjid itu mengalami renovasi dan perluasan pada 1253 M. Proses renovasi tersebut menyertakan pembangunan sebuah menara masjid berbentuk prisma persegi setinggi 25 meter di sudut selatan bangunan masjid.

Selain merenovasi Masjid Al-Umari, Dinasti Ayyubiyah juga melakukan pembentengan bangunan teater dan pemandian Romawi di sekitar lokasi Masjid Al-Umari.

Seiring waktu, Masjid Al-Umari ditinggalkan sehingga tidak terawat dan runtuh di beberapa bagiannya. Baru pada 1938, masjid tersebut dibuka kembali sebagai tempat shalat setelah mengalami tiga fase restorasi atau pemulihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement