Senin 07 May 2012 23:03 WIB

Anatomi Kecerdasan Intelektual (3-habis)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Di dalam Alquran, kecerdasan intelektual dapat dihubungkan dengan beberapa kata kunci seperti kata 'aql (secara harfiah berarti mengikat), yang terulang sebanyak 49 kali dan tidak pernah digunakan dalam bentuk kata benda (ism), tetapi hanya digunakan dalam bentuk kata kerja (fi'il), yaitu bentuk fi'il madli sekali dan bentuk fi'il mudlari' 48 kali.

Penggunaan kata 'aql dalam ayat-ayat tersebut pada umumnya digunakan untuk menganalisis fenomena hukum alam (seperti QS Al-Baqarah: 164) dan hukum-hukum perubahan sosial (seperti QS. Al-Ankabut: 43).

Selain kata 'aql juga dapat dihubungkan dengan predikat orang-orang yang mempunyai kecerdasan intelektual seperti kata ulil albab (orang-orang yang mempunyai pikiran) yang terulang sebanyak 16 kali.

Seorang yang mencapai predikat ulil albab belum tentu memiliki kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual, karena masih ditemukan beberapa ayat yang menyerukan kepada kaum ulil albab untuk bertakwa kepada Allah SWT (QS. Al-Maidah: 100 dan QS. Ath-Thalaq: 10).

Namun, ulil albab juga dapat digunakan bagi pemilik IQ yang sudah menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi di balik kemampuan akal pikiran (QS. Al-Baqarah: 269) dan QS. Az-Zumar: 9).

Dan, masih banyak lagi istilah yang mengisyaratkan aktivitas kecerdasan intelektual, yang kesemuanya itu dapat disimpulkan bahwa ontologi akal hanya terbatas pada objek-objek yang dapat diindera, kepada objek-objek yang bersifat metafisika.

Penguasaan kecerdasan intelektual bukan jaminan untuk memperoleh kualitas iman atau kualitas spiritual yang lebih baik, karena terbukti banyak orang yang cerdas secara intelektual tetapi tetap kufur terhadap Tuhan.

Hal ini juga ditegaskan di dalam QS. Al-Baqarah ayat 75, "Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya sedang mereka mengetahui?"

Ayat ini mengisyaratkan bahwa kecerdasan intelektual terkadang digunakan untuk melegitimasi kekufuran. Padahal, idealnya kecerdasan intelektual digunakan untuk memperoleh kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi.

Seorang ilmuwan yang arif tidak berhenti pada level kecerdasan intelektual, tetapi melakukan sinergi dengan kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi. Inilah makna simbol ayat pertama yang diturunkan dalam Alquran; iqra' bi ismi Rabbik. Membaca harus selalu dikaitkan dengan 'nama Tuhan'.

Subhanallah, apa yang sudah lama disebutkan di dalam Alquran dan hadits semakin terungkap kebenarannya oleh sains modern. Kita berharap semakin besar prestasi sains dan teknologi semakin besar pula tingkat kesadaran intelektual dan pada saatnya manusia semakin tawadhu dan semakin dekat dengan Sang Khalik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement