Rabu 02 May 2012 22:12 WIB

Ar-Rihlah, Kisah Petualangan Seorang Muslim (4-habis)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ibnu Bathuthah sang petualang (ilustrasi).
Foto: eventsandpromo.info
Ibnu Bathuthah sang petualang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Petualangannya pertama kali Ibnu Bathuthah dimulai pada tahun 725 H/1325 M saat masih berusia 22 tahun dan berlangsung selama kurang lebih 27 tahun.

Negara-negara yang pernah disinggahinya adalah Arab Saudi, Tunisia, Libya, Mali, Timbuktu, India, Filipina, Vietnam, Indonesia, Bizantium, Konstantinopel, Rusia, dan lain sebagainya.

 

Sekalipun bukan pedagang dengan modal besar, Ibnu Bathuthah mampu melakukan traveling dengan kondisi keuangan yang minim, bahkan sering kali tidak memiliki bekal sama sekali.

Hal ini karena Ibnu Bathuthah mahir ilmu agama dan sering ditunjuk sebagai hakim, seperti di New Delhi. Ibnu Bathuthah tidak lagi berpetualang dan menjadi hakim di Maroko, kemudian meninggal dunia tahun 779 H/1378 M.

Indonesia

Ibnu Bathuthah dikabarkan pernah singgah ke Indonesia. Tepatnya, sekitar tahun 754 H/1344 M. Konon, Ibnu Bathuthah menepi di tanah Sumatra (orang Arab dulu menyebutnya Samuthrah, Samudrah), tepatnya di Aceh yang dulu dikenal oleh orang Arab dengan nama Bandar.

Ibnu Bathuthah mengisahkan Islam sudah masuk di Aceh melalui bangsa Arab, Persia, dan India. Ia juga mengaku bahwa kedatangannya ke wilayah Sumatra sebagai utusan Kesultanan India sehingga dia disambut oleh Azh-Zhahir, julukan raja-raja di Aceh saat itu. Sayangnya, tidak ada nama pasti siapakah raja yang dimaksud.

Ibnu Bathuthah memuji ketaatan raja tersebut yang cinta terhadap ulama, menegakkan jihad, dan sistem pemerintahannya berdasarkan syariat Islam karena saat itu diberlakukan sistem upeti bagi non-Muslim.

Raja tersebut juga suka menghormati tamu seperti yang ditunjukkannya kepada Ibnu Bathuthah. Oleh sang raja, Ibnu Bathuthah diberi hadiah bekal, berupa celana, pakaian, dan serban.

Dalam buku Ar-Rihlah, juga disebutkan bahwa Ibnu Bathuthah melihat kemewahan armada transportasi raja terdiri atas 50 gajah yang mengelilingi dari sisi kanan dan kiri.

Di samping itu, dia juga takjub dengan pertunjukan kuda yang menari-nari. Agar lebih menarik, kuda tersebut dihiasi dengan pelana dari sutra dan dipersolek memakai pernak-pernik emas. Setelah singgah di Sumatra, Ibnu Bathuthah pun lantas melanjutkan perjalananya menuju Malaka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement