REPUBLIKA.CO.ID, Di zaman yang sulit ini, sedekah menjadi sebuah kata yang cukup langka. Jangankan untuk bersedekah, untuk keperluan sehari-haripun, Mas Tugiman sering mengeluh dikarenakan bahan pokok yang harganya semakin hari semakin menanjak terus. “Saya mah orang yang nggak punya Den, boro-boro sedekah,” begitu ujarnya.
Bila kita pahami sedekah berasal dari kata shadaqah sama dengan akar kata sidiq, yang artinya membenarkan. Apa yang sebenarnya yang dibenarkan, yaitu hukum Allah SWT. “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa serta membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS. Al Lail, 92 : 5-7)
Sedekah dalam ayat ini adalah membenarkan balasan yang terbaik, karena itu sedekah adalah semangat untuk memberi dan berbagi. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW menyebutkan bahwa senyum adalah sebuah bentuk sedekah. Jika senyum saja sebagai tindakan yang paling mudah untuk membuat orang lain senang sudah termasuk sedekah, apalagi tindakan yang lain.
Rasullullah SAW menegaskan, “Setiap kebajikan adalah sedekah” (HR Bukhari). Secara luas kita dapat saja bersedekah lewat ucapan yang baik, budi pekerti, ilmu, tenaga, dan lain sebagainya termasuk harta. Dan jangan takut harta kita akan habis bila bersedekah, karena Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Jika dunia mendatangimu, sedekahkanlah karena yang kau sedekahkan itu tidak akan habis”, ini sesuai sabda Rasullullah, “sedekah itu tidak akan mengurangi harta” (HR Muslim).
Karena itu segera lakukan dan lupakan, DO IT & FORGET IT !
Mengapa karena jika kita tidak segera melupakannya sedekah kita biasanya akan terganggu. Niat ikhlas bisa saja menjadi riya (ingin dilihat) atau sum’ah (ingin dibicarakan).
Maka dari itu Alquran menegaskan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. (QS Al Baqoroh, 2 ; 264).
Kemudian seorang lelaki bertanya kepada Rasullullah, “Ya Rasullullah, sedekah apakah yang paling utama?” Beliau bersabda, ‘bahwa engkau bersedekah ketika engkau masih sehat dan segar bugar, ketika masih memiliki kekayaan dan sangat khawatir terhadap kemiskinan, dan jangan ditunggu-tunggu hingga nafasmu sampai ke tenggorokan.
Ketika itu engkau akan berkata, “Untuk si fulan sekian... untuk si fulans sekian, padahal harta tersebut sudah menjadi hak si fulan (ahliwaris).” (HR Bukhari, dari Abu Hurairah RA). Oleh karena itu sebelumnafas sampai kerongkongan, ketika hayat masih di kandung badan, Mari segera lakukan dan lupakan, do it & forget it !, Insya Allah.
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)
Twitter: @erickyusuf