REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
Tragedi geng motor yang terjadi akhir-akhir ini sungguh mengerikan. Kebencian berujung kekerasan sepertinya semakin menjadi. Tanpa sebab dan permasalahan jelas, pelaku geng motor brutal melakukan kekerasan terhadap orang tak berdosa. Mereka seakan-akan sudah tidak mengenal rasa kemanusiaan, rasa persaudaraan. Rasa cinta sesama umat (Islam) sepertinya sudah hilang.
Hati ini bertanya, sudah berapa banyak ikat persaudaraan yang terputus? Berapa banyak hati yang ditikam permusuhan dan kebencian? Mencintai sesama, rasanya, bukan hanya saran dari orang-orang bijak. Boleh jadi semua agama mengajarkan demikian. Dalam Islam, mencintai sesama merupakan wujud kesempurnaan syahadat.
Dalam Islam telah ditegaskan bahwa mencintai sesama umat merupakan suatu keharusan. "Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. al-Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi, Malik). Nabi juga mengajarkan kepada kita bagaimana pentingnya persaudaraan dalam Islam.
Bahkan dulu, ketika pertama kali Nabi hijrah ke Kota Madinah, salah satu hal yang dilakukan beliau adalah dengan mempersaudarakan sesama kaum Anshar (sahabat yang tinggal di Madinah) dengan Muhaajiriin (para sahabat yang ikut Nabi hijrah ke Madinah).
Bahkan Nabi mengibaratkan bahwa satu mukmin dengan mukmin lainnya adalah bagai satu jiwa. “Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad juga ikut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim)
Maka, sudah sepantasnya kita mencintai saudara kita, tidak hanya saudara yang memang memiliki ikatan darah atau nasab dengan kita. Namun secara umum, kita mencintai semua saudara kita yang disatukan dalam ukhuwah Islamiyah.
Banyak ulama menjelaskan pengertian persaudaraan yang dimaksudkan dalam hadits tersebut dengan ucapannya: “Berusahalah agar kamu menjadi seperti saudara senasab dalam kasih sayang, tolong menolong, saling membantu, dan memberi nasehat.”
Standar pemahaman persaudaraan dan yang tidak sempurna iman kecuali mencintai dan menjalin persaudaraan. Rasulullah pernah berkata:"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan.”
Dari dua hadis di atas cukup jelas bahwa membeci sesama (persaudaraan) merupakan perbuatan mendekati keburukan. Islam sungguh agama rahmat bagi semua umat. Islam membenci orang-orang yang menebar kebencian. Dalam menebarkan cinta, Islam tidak memandang latarbelakang. Bahkan seorang penjahat sekalipun patut kita berikan cinta.
Dalam hadits, sebagian sahabat berdoa atas orang yang mabok agar Allah menghinakannya, maka Nabi bersabda dengan rasa cinta dan persaudaraan: "Janganlah kamu menjadi pembantu setan atas saudaramu." (HR al-Bukhari).
Dalam sebuat atsar disebutkan: ”Sesungguhnya Abu ad-Darda melewati seorang laki-laki yang telah melakukan dosa, mereka mencelanya. Maka ia berkata, ’Bagaimana pendapatnya jika kamu menemukannya di dalam lobang, apakah kamu mengeluarkannya?’ Mereka menjawab, ’Tentu’.
Ia berkata, ’Maka janganlah kamu mencela saudaramu, dan pujilah Allah yang telah menyelamatmu (dari perbuatan dosa itu).’ Mereka bertanya, ’Apakah engkau tidak membencinya?’
Ia menjawab, ’Sesungguhnya aku membenci perbuatannya. Maka apabila ia telah meninggalkannya, maka ia adalah saudaraku.'