Senin 16 Apr 2012 18:41 WIB

Disasar Aparat, Muslim Prancis: Sarkozy Kian Mengecewakan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Muslim Prancis protes dengan diskriminasi dan Islamofobia
Foto: actofamerika.wordpres.com
Muslim Prancis protes dengan diskriminasi dan Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Kekecewaan muslim terhadap pemerintahan Nicholas sarkozy kian menjadi. Belakangan  sejumlah tindakan represif dilakukan aparat keamanan Prancis terhadap muslim yang dicurigai sebagai anggota kelompok radikal Islam.

Mohamed Asbol, warga Roubaix misalnya, terkejut ketika tahu pintu rumahnya dijebol, dan anaknya diciduk oleh kepolisian Prancis. Lewat insiden ini, ia semakin yakin bahwa dirinya dan keluarga tidak dianggap sepenuhnya sebagai warga Prancis.

"Mereka melanggar kehormatan saya. Saya kecewa dengan Prancis. Sudah jelas, ini dilakukannya (Sarkozy) guna mendapatkan suara," kata Asbol seperti dikutip alarabiya.net, Senin (16/4).

"Apakah karena anak saya memiliki jenggot, memakai gamis dan pergi ke masjid berarti ia seorang teroris," tambahnya. Anak Asbol, Said, tahun, ditangkap dalam sebuah penggerebekan pada 4 April lalu.

Selain Said, ada 10 orang terjaring dalam operasi yang berlangsung di sejumlah kota di Prancis, termasuk Roubaix. Penggerebekan ini merupakan respon terhadap tragedi di Toulouse.

Ironisnya, saat penggerebekan itu, polisi Prancis mengundang media cetak dan elektronik untuk meliput secara langsung. Akibat tindakan ini, komunitas muslim merasa sangat marah pada Sarkozy. "Mereka telah menyerang kami di semua lini - burqa, daging halal, orang muda," kata 34 tahun Gacem Moussa.

Tak hanya kalangan muslim, tindakan Sarkozy juga memicu protes dari kalangan Yahudi dan muslim. Kedua komunitas besar di Prancis ini, mengeluhkan nama komunitas mereka digunakan sebagai usaha menarik simpati warga Prancis.

"Jika Islam dapat digunakan sebagai target maka Sarkozy akan melakukan itu," kata Gacem.

Salima Saa, warga lokal Roubaix yang tergabung dalam tim kampanye Sarkozy dan calon anggota legislatif membenarkan praktik stigmatisasi yang dilakukan partainya terhadap muslim. Saa menyatakan tujuan dari penggerebakan itu adalah untuk tujuan pemilu.

Pejabat lokal, Tir Slimane menilai muslim di Raoubaix hidup dalam diskriminasi. Dia mencatat tingkat pengangguran di kota ini sekitar 30 persen, tiga kali lebih tinggi dari rata-rata nasional. Sebagian dari mereka adalah muslim. "Mereka benar-benar marah, kata Tir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement