Kamis 05 Apr 2012 14:21 WIB

Alhamdulillah..Universitas Islam Tunis Kembali Dibuka

Rep: Agung Sasongko/ Red: Hafidz Muftisany
Universitas Zitouna di Tunisia
Foto: tunisia-live.net
Universitas Zitouna di Tunisia

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS--Sabtu (31/4) kemarin, masyarakat Tunisa, khususnya ulama dan para imam menyaksikan pristiwa bersejarah. Universitas Zitouna yang ditutup hampir setengah abad oleh rezim presiden Zine El-Abidine akhirnya dibuka kembali.

Universitas ini boleh dibilang saudara tua Universitas Al-Azhar, Kairo. Seandainya saja tidak ditutup, Universitas ini bakal menjadi kompetitor utama Universitas Al-Azhar Kaior yang saat ini dianggap sebagai pusat pendidikan Islam di dunia Arab.

Mengapa demikian, kampus ini memiliki pengaruh besar terhadap pemikiran Islam. Melalui kampus ini pula, Islam menyebar hingga jazirah Magribi. Kampus ini banyak melahirkan cendikiawan muslim ternama. Sebut saja penullis Tahar Haded dan Abdezlaziz Thaalbu, penyair Aboul Qacem Echebi dan pengacara Mohamed Tahar Ben Achour.

"Pembukaan kembali kampus datang pada saat yang tepat ketika Tunisia tengah terancam perpecahan. Banyak umat Islam yang datang dari beragam latar belakang ingin belajar tentang agama mereka," ungkap presiden Organisasi Alumni dan Pendukung Zitouna, Mohamed Ben Amor, seperti dikutip tunisia-live.net, Kamis (5/4).

Sebelumnya, 19 Maret silam, Mahkamah Tunis mengelurkan putusan Universitas Zitouna dapat dibuka kembali. Guna melanjutkan putusan itu, organisasi yang dipimpin Amor mulai mengaktifkan kuliah Ahad sebagai awal persiapan.

"Kantor pendaftaran mencatat banyak calon mahasiswa yang telah mendaftar," ungkap pegawai administrasi,Yassine.

Menurut Yassine, secara keseluruhan kampus ini belum siap utamanya masalah arsip kampus dan koleksi perpustakaan. Sebab rezim Ben Ali banyak mencuri koleksi perpustakaan untuk kepentingan pribadi. Karena itu, tata ulang pengarsipan merupakan prioritas lain yang tengah dikerjakan,

Kamel Saafi, seorang cendikiawan muslim Tunisia, optimis melihat masa depan Universitas Zitouna. Ia pun percaya, kampus ini bakal membawa Tunisia sebagai pusat pendidikan Islam dan selanjutnya membawa Islam kembali kepada kejayaannya. "Saya optimis," kata dia.

Ahmad, 23 tahun, calon mahasiswa, mengaku antusias dengan dibukanya kembali Universitas Zitouna. "Saya menyambut gembira dengan dibukanya kembali kampus ini. Sebab, generasi muda masih memiliki pemahaman yang dangkal tentang islam," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement