REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
Sosok pemimpin sejati senang dengan tantangan (challenge). Hal ini diungkapkan Toto Tasmara dalam bukunya “Spiritual Centered Leadership”. Namun tantangan itu sudah semestinya dihadapi bahkan merupakan proses pendakian dari seorang anak manusia dalam mengarungi kehidupan sebagai khalifah fil ardhi, sebagaimana firman Allah SWT “..tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku”.
Tantangan kehidupan itu memerlukan perjuangan jika kita berkeinginan menuai sukses serta hasil yang baik. Dan perjuangan itu pun dianjurkan sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Carilah duniamu seakan-akan hidup selama-lamanya dan tuntutlah akhiratmu seolah-olah akan wafat besok”. Oleh karena itu, jelaslah bahwa kita dalam mengarungi kehidupan ini seyogyanya bekerja keras dengan dilandasi semangat yang menggelora pada diri pribadi-pribadi Muslim guna meraih kebahagian baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Karena manusia terlahir sebagai khalifah fil ardh tentunya dalam setiap gerak serta langkahnya agar berorientasi pada pengabdian kepada Allah SWT semata. Terlebih-lebih bahwa sosok manusia dilahirkan kemuka bumi ini sebagai pimpinan. Rosulullah saw pernah bertutur bahwa “setiap orang adalah pemimpin dan kelak akan dimintakan pertanggung jawabannya berkaitan dengan kepemimpinannya”.
Dari ungkapan itu, seperti apa gaya seorang pemimpin yang mengikuti jejak Rosulullah SAW? yang jelas ada sejumlah panduan yang menjadi sandaran kita yakni Alquran dan mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Kedua pijakan ini adalah sebuah keharusan bagi umat Islam. Karena Akhlak Rasul adalah Alquran. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “Aku tinggalkan di antara kalian dua perkara, yang kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”.
Sunnah Nabi itu agar dipahami sebagai keseluruhan kepribadian dan Akhlak Nabi, yang secara jelas dan tegas dipaparkan dalam Alquran. Rasulullah SAW adalah sebagai teladan (uswah hasanah) bagi kita semua. Oleh karena itu yang mengikuti sunnah Nabi berarti mencontoh akhlak mulia Nabi, yang dimanifestasikan dalam sifat-sifat Rasulullah SAW, Siddiq, Tablig, Amanah dan Fathonah.
Sifat-sifat Rasulullah ini sangat relevan untuk diimplementasikan pada setiap jenjang pemimpin di semua level dimana kita berada. Model kepemimpinan Rasulullah SAW yang mengutamakan nilai-nilai akhlak mulia (Akhlakul Karimah) pada setiap pergaulan dalam kehidupan bermasyrakat, berbangsa, dan bernegara.
Jika kita lihat hiruk-pikuknya kehidupan di tengah arus globalisasi yang kadangkala mengesampingkan nilai-nilai etika/moral serta dapat juga menjerat umat manusia untuk lebih mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing tanpa memperdulikan kehidupan sesamanya.
Bahkan ketika Rasulullah SAW ditanya oleh salah seorang sahabat, ''Apa yang harus kita kerjakan dalam hidup ini?'' Beliau menjawab muamalah atau hubungan antarmanusia. Mengapa hal menjadi diprioritaskan oleh Rasulullah SAW, karena hakikat hubungan antarmanusia adalah kunci utama dalam hidup.
Allah SWT tidak akan mengampuni kesalahan hambanya, jika seorang hamba itu tidak bisa memaafkan kesalahan sesamanya. Ini artinya jalinan hubungan antarmanusia (Hablumminanas) memiliki urgensi yang utama serta vital dihadapan-Nya. Sehingga apabila seseorang hamba akan melakukan hubungan dengan Allah SWT (Hablumminallah), alangkah baiknya dibenahi sejak awal hubungan antarmanusianya. Oleh karena itu meneladani budi pekerti Nabi Muhammad SAW, adalah menjadi bagian terpenting terutama para pemimpin negeri ini.