Senin 05 Mar 2012 09:44 WIB

Ishlah Al-Manthiq, Koreksi Atas Penyimpangan Bahasa (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Kitab tasawuf (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Kitab tasawuf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Persepsi setiap orang pada saat pertama kali membaca judul kitab Islah al-Mantiq, barangkali akan sama. Mereka akan menduga bahwa kitab itu berisi tentang ilmu logika atau mantik yang sering digunakan dalam kajian filsafat, teologi, serta ushul fikih.

Dugaan itu ternyata meleset. Namun, ketika dicermati tiap lembarannya, kitab yang ditulis oleh Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq ad-Darwaqi al-Ahwazi al-Baghdadi atau yang dikenal dengan Ibnu as-Sikkit (244 H), persepsi awal itu akan berputar 380 derajat.

Ternyata, kitab ini sama sekali tidak mengupas persoalan ilmu logika, tetapi berbicara ihwal struktur kata bahasa Arab dan pengucapannya. Konon, pada masa as-Sikkit, banyak terjadi kesalahan dialek yang ditandai dengan penyimpangan bahasa (lahn) masyarakat Arab kala itu.

Fenomena tersebut muncul bukan tanpa alasan dan sebab yang kuat. Kemajuan peradaban Islam pada masa itu berdampak pada akumulasi suku bangsa dengan ragam budaya dan dialek yang berbeda. Persinggungan komunitas Arab dan non-Arab menyisakan masalah karena turut memengaruhi kemurnian logat dan dialek.

Jika tak segera disikapi, bukan tidak mungkin bahasa Arab yang dikenal kaya makna akan tergerus akibat transformasi budaya yang  sungguh mustahil untuk dihindari. Kitab Ishal al-Manthiq yang ditorehkan oleh pakar di bidang bahasa itu muncul sebagai respons atas keprihatinan tersebut.

Melalui kitabnya itu, as-Sikkit tampaknya hendak meletakkan semacam panduan dalam menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar. As-Sikkit mencatat beberapa jumlah kata yang telah disalahucapkan dan mengakibatkan peralihan makna.

Terdapat beberapa kategori kata yang dicatat oleh as-Sikkit, yaitu kata yang memiliki pola yang sama dengan makna yang berbeda ataupun pola berbeda, tapi memiliki makna serupa. Satu kata, tapi berasal dari dua bahasa suku yang berbeda atau bahkan lebih. Dan, tak kalah penting juga disampaikan tentang kata-kata yang kerap dipakai oleh kebanyakan orang, tetapi ternyata salah dari segi kemurnian dan kefasihannya.

Ishal al-Manthiq disebut-sebut sebagai karya pertama yang fokus mengupas lahn. Kitab itu merupakan fondasi penting bagi kemunculan ilmu furuq al-lughah. Karenanya, apresiasi pun berdatangan dari berbagai kalangan.

Al-Mubarrod misalnya, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Khalikan dalam kitab Wafyat al-A’yan, menyatakan tak ada satu kitab pun di bidang dialek bahasa yang pernah ditulis ulama Baghdadi jika dibandingkan dengan karya Ibnu as-Sikkit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement