Senin 27 Feb 2012 21:01 WIB

Di Iran, Posisi Perempuan dan Laki-laki Sejajar

Rep: agunng sasongko/ Red: Taufik Rachman

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN--Bagi Mariama Sesay, warganegara Sierra Leone, Iran adalah sebuah negara dimana kaum perempuan tertindas dan terpinggirkan. Anggapan itu terus saja mengemuruh di kepalanya saat ia tiba di Teheran.

 

"Tapi aku kagum dan kaget dengan apa yang ku alami selama dua pekan di Iran," kenang Sesay seperti dikutip Allafrica.com, Senin (27/2).

 

Sesay menuturkan setibanya di Bandara Internasional Imam Khomeini, ia melihat perempuan Muslim bekerja bersama rekan prianya dalam bagian yang sama di Bandara. "Dari situ saja, saya dapat simpulkan kalau ada penghargaan terhadap hak-hak perempuan," katanya.

 

Rasa terkejut Sesay tidak berhenti sampai disitu. Ketika ia menginap bersama keluarga Somaneh Madanid di Qum, kota kecil yang cukup jauh dari Teheran. Sesay sadar bahwa ada hubungan yang berimbang antara suami-istri di Iran.

 

"Somaneh merupakan ibu dari anak perempuan berusia dua tahun. Satu hal yang membuatku terkejut adalah suaminya meninggalkan pekerjaannya di Teheran guna membantu istrinya mengurusi bayi," ungkapnya,

 

Hal menarik lain, kata Sesay, adalah posisi perempuan dalam dunia politik. "Saya baru tahu kalau perempuan Iran memiliki kekuatan suara dalam pengambilan keputusan. Mereka memiliki pengaruh dalam pembuatan kebijakan dalam bidang politik, pendidikan, keluarga, olahraga, agama dan lainnya. Mereka bahkan aktif dalam kehidupan sosial yang bertentangan dengan pemahaman saya," kata dia.

 

"Satu lagi, mereka benar-benar dalam posisi yang lebih tinggi dan benar-benar mewakili kalangan mereka hingga akar rumput,"tambahnya.

 

Sungguh jelas, kata Sesay, Iran begitu memperhatikan kalangan perempuan. Artinya, Iran sadar bahwa fondasi kekuatan sebuah negara berada ditangan perempuan. "Generasi baru sebuah bangsa lahir dari tangan perempuan, yakni seorang ibu," katanya.

 

Sesay juga menyempatkan diri bertanya kepada pria Iran perihal posisi perempuan dalam hirearki masyarakat Iran. Pria itu mengatakan begitu bahagia dengan kemajuan kaum perempuan. "Kami menghargai mereka. Kami tidak merasa lebih baik dari mereka. Bagi saya, saya merasa bangga dengan perempuan Iran. Itu sebabnya kami menarik dan menyerukan negara-negara Islam lainnya untuk memberi perempuan mereka kesempatan untuk berkembang dan maju," kenang Sesay menirukan ucapan pria tersebut.

 

Rasa terkejut Sesay kembali berlanjut saat diarahkan seorang pemandunya menuju sebuah pusat arena olahraga. Di arena itu, perempuan Iran secara khusus mempelajari bagaimana menyanyi dan menari. "Bagaimana bisa, negara dengan perempuan berjilbab dapat seperti ini," kenang dia.

 

Hal yang sama, kata Sesay, juga berlaku di kampus. Dimana, laki-laki dan perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan dan mengasah kemampuan dan bakatnya dalam berbagai bidang.

 

"Aku jadi bertanya-tanya mengapa perempuan berjilbab di negara saya selalu mengerutkan kening, sementara di bagian lain mereka dilecehkan dan diintimidasi dengan hukum yang secara terbuka menempatkan hak-hak dasar mereka manusia dalam keadaan ketidakseimbangan," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement