REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kaum Muslim Amerika mempertanyakan rencana parlemen AS menyelidiki isu radikalisasi di kalangan umat Islam. Ide ini sebagai respons pernyataan, Ketua House Homeland Security Committee, Pater King, yang menuding tangan Alqaidah telah menjamah komunitas Muslim AS.
“Kritik saya adalah realita. Alqaidah kesulitan untuk menyerang Amerika dari luar. Karena itu mereka merubah strategi untuk merekrut anggota dari dalam Amerika,” ujar King dalam wawancara dengan MSNBC beberapa waktu lalu.
Kontan pernyataan ini dikritik sebagai bagian dari diksriminasi terhadap umat Islam. Kaum Muslim AS juga menuding King telah menebarkan kecurigaan, layaknya kecurigaan AS pada komunis tahun 1940-an yang dikenal dengan red scare.
Salah satu aktivis muslim AS, Imam Shamsi Ali, mengecam keras rencana parlemen yang terus menggulirkan isu radikalisasi Muslim Amerika. Menurutnya, Muslim Amerika jauh dari kesan radikal. Islam, kata dia, menebarkan kedamaian dan menentang segala bentuk kekerasan.
“Saya tidak melihat sedikit pun alasan jika umat Muslim dikatakan radikal. Umat Muslim selama ini sangat kooperatif terhadap aparat hukum AS untuk mengungkap terorisme,” ujar Shamsi dalam aksi unjuk rasa di New York.
Perwakilan Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Washington DC, Ibrahim Hooper, khawatir langkah parlemen akan memancing berkembangnya sikap anti-Islam di Amerika. Menurutnya, ide pemeriksaan terhadap komunitas Muslim AS berpotensi melahirkan kegiatan perburuan Muslim, layaknya komunis di AS tahun 1940-1950-an. “Selama ini, umat Islam sangat kooperatif terhadap petugas. Kalau ada yang mengatakan tidak kooperatif, tolong sebut siapa petugas itu?” ujarnya.