Ahad 19 Feb 2012 02:07 WIB

Inilah Motif di Balik Munculnya Hadis Palsu (Bag 3-habis)

Mewaspadai Hadis Palsu
Foto: cover buku awas hadits palsu
Mewaspadai Hadis Palsu

REPUBLIKA.CO.ID, Berikut ini beberapa motif dibalik munculnya hadis-hadis palsu di dunia Islam:

Pertama, motif politik dan kepemimpinan. Salah satu hadis palsu yang muncul dengan latar belakang politik antara lain; ‘’Apabila kamu melihat Mu'awiyah di atas mimbarku, maka bunuhlah.’’

Kedua, motif  untuk mengotorkan agama Islam (Zindiq). Salah satu contoh hadisnya antara lain; "Melihat muka yang cantik adalah ibadah’’. Ketiga, motif  fanatisme. Contoh hadisnya, ‘’Sesungguhnya Allah apabila marah, maka menurunkan wahyu dalam bahasa Arab. Dan apabila tidak marah menurunkannya dalam bahasa Parsi.’’

Keempat motif faham-faham fikih. Contoh hadisnya, ‘’Barangsiapa mengangkat dua tangannya di dalam shalat maka tidak sah shalatnya ".  atau hadis yang berbunyi, "Jibril mengimamiku di depan Ka'bah dan mengeraskan bacaan bismillah".

Kelima, motif senang kepada kebaikan tapi bodoh tentang agama. Salah satu hadisnya, ‘’Barangsiapa menafahkan setali untuk mauludku, maka aku akan menjadi penolongnya di yaumil akhir."

Kelima motif menjilat kepada pemimpin. Salah satu contohnya, Ghiyas bin Ibrahim an-Nakha'i al-Kufi pernah masuk ke istana Al-Mahdi,  seorang penguasa Abbasiyah yang senang sekali kepada burung merpati. Salah seorang berkata kepadanya, coba terangkan kepada amirul mukminin tentang sesuatu hadis,  maka Ghiyas berkata, "Tidak ada taruhan melainkan pada anak panah, atau unta atau kuda, atau burung."

Hadis palsu, menurut  guru besar IAIN Walisongo Semarang, Prof Dr H Muhibbin, bisa muncul dalam kitab hadis sahih sekaliber, Jami' al-Shahih karya Imam Bukhari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya, terdapat hadis yang bertentangan dengan Alquran maupun antarhadis di dalam kitab tersebut.

'’’Hadis palsunya bermacam-macam. Ada yang karena tidak sesuai atau bertentangan dengan Alquran, namun ada pula yang tidak sesuai dengan kondisi kekinian,’’ papar mantan dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo itu.

Salah satu hadis palsu, yang terdapat dalam kitab itu, antara lain;  tentang Isra Mikraj. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa terjadinya Isra Mikraj itu sebelum Muhammad SAW menjadi nabi. ‘’Faktanya, Isra Mi'raj itu setelah Rasulullah diutus menjadi Nabi,’’ ungkapnya.

Selain itu, lanjut dia, ada pula hadis Nabi yang bertentangan dengan ayat Alquran. ‘’Contohnya, tentang seseorang yang meninggal dunia akan disiksa bila si mayit ditangisi oleh ahli warisnya. (Lihat Kitab Jenazah, bab ke-32, hadis ke 648/I--Red),’’ kata dia. Ia menilai hadis itu  bertentangan dengan ayat Alquran, bahwa seseorang itu tidak akan memikul dosa orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement