Rabu 01 Feb 2012 13:15 WIB

Balaghah, Keindahan Bahasa Arab (3-habis)

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Chairul Akhmad
Balaghah (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Balaghah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Keindahan dan kehalusan bahasa semata tidak cukup menjadikan seseorang sebagai pakar sastra Arab. Seorang pakar sastra juga harus memahami tata bahasa dengan baik. Tidak mungkin terdapat pembicaraan yang baligh tanpa disertai dengan sintaksis atau struktur kalimat yang benar.

Dalam kajian balaghah juga terdapat daftar orang-orang yang mahir dalam berbahasa (baligh). Daftar tersebut terdapat dalam sebuah bab yang berjudul Daftar Nama Para Ahli Balaghah yang terdapat dalam Kitab Fihrist (Katalog) karya seorang ilmuwan dan ahli geografi hebat, Yaqut Al-Hamawi.

Dalam daftar para ahli balaghah tersebut yang berjumlah 43 orang, Yaqut juga menyusun daftar lain yang berisi 10 tokoh utama dalam seni balaghah. Julukan bagi orang-orang yang menduduki tokoh utama dalam seni balaghah adalah bulagha. Salah satu bulagha tersebut adalah Qabisah Ibnu Jabir Al-Asadi.

Seorang sastrawan yang ahli balaghah, akan sangat dihargai dan dihormati jika dia mampu menciptakan karya-karya secara spontan tanpa persiapan baik berupa puisi maupun prosa. Seorang Khalifah Dinasti Fatimiyah, Al-Manshur Abu Thahir Isma'il, yang berkuasa antara 945 hingga 952 Masehi disebut sebagai ahli pidato dengan tingkat kebalaghahan yang tinggi.

Dia juga mampu menyusun kata-kata yang indah dan penuh makna secara spontan. Ismail Ibnu Ali juga dijuluki sebagai Al-Khuthabi (Ahli pidato) karena dia sangat pandai dalam menyampaikan pidato-pidatonya secara spontan. Dalam bidang tersebut, dia tak menemukan pesaing.

Perdana Menteri Ibnu Hubayah pernah diberi hadiah berupa bak tinta yang terbuat dari kristal bertahtakan permata. Dia merasa sangat terkesima dengan hadian tersebut hingga dia mengundang sejumlah penyair untuk menggubah beberapa bait syair mengenai keindahan bak tinta tersebut. Lalu datanglah seorang penyair yang lantas membacakan dua bait syair yang berisi pujian terhadap pengrajin yang membuat bak tinta tersebut.

Setelah itu datanglah pula seorang penyair yang terkenal bernama Hays Bays yang menyatakan syair yang dibuat oleh penyair sebelumnya tak berbicara sedikit pun mengenai bak tinta tersebut. Maka perdana menteri menantangnya untuk membuat syair yang lebih baik. Lalu Hays Bays menciptakan dua bait syair yang membandingkan jernihnya kristal dan merahnya batu permata dari bak tinta tersebut dengan hari-hari perang dan damai yang dialami sang perdana menteri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement