Rabu 01 Feb 2012 13:11 WIB

Balaghah, Keindahan Bahasa Arab (2)

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Chairul Akhmad
Balaghah (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Balaghah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah sumber sejarah mengungkapkan bahwa umat Islam dan bangsa Arab sangat mencintai keindahan dan kefasihan bahasa. Sehingga diceritakan, ketika terjadi banjir pada 823 Masehi yang memporak-porandakan kota Makkah, Khalifah mengirimkan bantuan untuk meringankan beban penduduk Makkah yang disertai dengan surat ucapan bela sungkawa.

Ketika penduduk Makkah mendengar keindahan bahasa dari surat bela sungkawa dari Khalifah tersebut, mereka begitu terkesima. Bahkan mereka lebih memerhatikan isi surat bela sungkawa yang penuh dengan kata-kata indah tersebut dari pada bantuan material dari Khalifah.

Aspek balaghah yang disukai oleh umat Islam tidak hanya balaghah dalam bentuk tampilan luar seperti susunan kalimat formal, tetapi juga isinya. Seorang penyair yang bernama Al-Asma'i memiliki ketinggian balaghah, tetapi syair-syairnya tidak berisi.

Sedangkan penyair Abu Ubaydah memiliki syair-syairnya yang padat berisi, namun kurang memiliki balaghah. Hal itu juga terlihat pada Tsalab yang memiliki ilmu tinggi, namun ternyata dia tidak bisa menulis dengan balaghah yang tinggi. Bahkan surat-surat yang dia tulis tidak jauh berbeda dengan surat-surat yang ditulis oleh orang awam.

Seorang sastrawan harus memiliki kelancaran dan keindahan dalam berbahasa. Tanpa adanya kecakapan tersebut, maka seseorang tidak mungkin bisa menjadi sastrawan. Keindahan dan kelembutan berbahasa merupakan pokok kajian yang tak ada habis-habisnya, yang telah melahirkan banyak ungkapan yang indah dan bermakna dalam kepustakaan sastra yang telah muncul sejak periode awal Islam.

Seorang sastrawan yang bernama Ja'far Ibnu Yahya Ibnu Khalid Al-Barmaki mengungkapkan, balaghah adalah sebuah upaya untuk menyampaikan pemikiran yang baik dan mengatakan banyak hal dengan sedikit kata-kata.

Sementara itu, Sekretaris Khalifah Dinasti Umayyah yang terakhir yang termasyhur, Abdul Hamid berujar, “Orang yang tidak memiliki kemampuan balaghah tidak memiliki kebesaran, meskipun kedudukannya setinggi langit.”

Khalifah Al-Ma'mun juga dikisahkan pernah membuat definisi balaghah sambil mengutip ungkapan ayahnya, Khalifah Harun Al-Rasyid. “Balaghah adalah mengatur kalimat sehingga tidak kehabisan nafas, berusaha mencapai tujuan yang diinginkan, menyampaikan banyak makna dengan sedikit kata-kata,” kata Al-Ma'mun.

Sementara itu, seorang cendekiawan, Ibnu Al-Mu'tazz, menjelaskan balaghah adalah pengujaran kata-kata yang segera mencapai sasaran sebelum pembicaran terlalu panjang. Seorang penyair juga berkata, “Tak ada sesuatu pun yang bisa mengantarkan seseorang pada sumber kehidupan yang seefektif balaghah.” Bahkan sebuah hadis menyatakan, kata-kata yang baligh (ringkas dan bermakna) adalah bahasa murni yang mempesona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement