Selasa 10 Jan 2012 18:37 WIB

GP Ansor Sulteng Diminta Bergaul dengan 'Gaya' Islam Inklusif

Logo GP Ansor
Logo GP Ansor

REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Sekretaris Wilayah Dewan Tanfidz Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Tengah, Nasruddin L Midu mengatakan, Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) di daerah ini harus membawa Islam iklusif dalam pergaulan di tengah masyarakat.

"Bukan Islam eksklusif, yakni Islam yang tertutup, tetapi kader Ansor harus bisa membawa pemamaham Islam inklusif atau Islam yang terbuka di tengah masyarakat," kata Nasruddin di Palu, Selasa, menanggapi selesainya sarasehan radiklisme agama di Indonesia yang diselenggarakan GP Ansor Sulawesi Tengah, 7-8 Januari 2012.

Dia mengatakan, kader Ansor harus menjadi pelopor dalam membangun multikultur yang berlandaskan nilai-nilai kebangsaan. Oleh karena itu, kata Nasruddin, Ansor dalam pergaulan kebangsaannya harus membawa Islam yang toleran.

"Bukan berarti Islam toleran itu kita menjual aqidah, akan tetapi dalam wilayah sosial kita harus mampu memahami Islam kontekstual, bukan Islam tekstual," tuturnya.

Nasruddin mengatakan, Islam yang diusung Ansor dan seluruh jajaran badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) dalam hidup berbangsa adalah Islam rahmatan lil'alamin, yakni Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. "Kita bukan Islam liberal. Makanya jangan disamakan Islam rahmatan lil'alamin dengan Jaringan Islam Liberal (JIL)," katanya.

Sementara itu Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Sulawesi Tengah Sahran Raden mengatakan, kehadiran Ansor di tengah masyarakat harus memberi manfaat kepada masyarakat sehingga Ansor berguna bagi negara.

Menurut Sahran salah satu yang mendorong Ansor Sulawesi Tengah menggelar sarasehan tentang gerakan radikalisme agama di Indonesia agar lahir kesadaran bagi kader Ansor akan bahaya radikalisme agama khususnya di Sulawesi Tengah.

Dia mengatakan, radikalisme agama adalah istilah generik yang bisa dipakai untuk menunjuk berbagai modus kekerasan agama baik di level doktrin ideologis, maupun di level tindak kekerasan hingga terorisme.

Sahran mengatakan, sejarah panjang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga saat ini, radikalisme agama merupakan tantangan dan ancaman bagi NKRI. "Tidak ada pilihan lain, Ansor harus terus menjaga NKRI," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement