REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Gara-gara pernikahan sejenis yang dilakukan oleh salah seorang warganya, Malaysia kini memperketat pengawasan terhadap mahasiswanya yang belajar di luar negeri.
Malaysia ingin memastikan warganya yang berada di luar negeri tidak lagi mengalami 'penyakit sosial'. "Tentu saja kami selalu memantau," kata Asisten Menteri di Kantor Kepala Menteri (Urusan Islam), Daud Abdul Rahman, seperti dilaporkan Harian Star, Ahad (25/12).
Pekan lalu, Malaysia dibuat geger dengan kontroversi pernikahan sesama jenis yang melibatkan Ariff Alfian Rosli (28). Ariff menikah dengan pasangan gay-nya ketika ia menuntut ilmu di Universitas Dublin. "Kami tahu hal ini sangat memalukan. Saya percaya larangan ini (menikah sesama jenis) tak hanya ada dalam Islam, tetapi tidak diperbolehkan dalam agama-agama lain juga, " kata Abdul Rahman.
Atas kejadian tersebut, Malaysia akan menyelidiki 'potensi gay' yang mungkin diderita warganya. Abdul Rahman mengakui untuk membuktikan jika seseorang terlibat dalam hubungan sesama jenis bukanlah hal yang mudah. "Dua wanita atau dua pria yang berada dalam satu ruangan yang sama bisa jadi mereka hanyalah teman. Bagaimana membuktikan jika mereka memiliki hubungan? Itu bukanlah hal yang mudah," kata dia.
Dia menambahkan, Departemen Agama Islam Sarawak (JAIS) telah menerima informasi adanya klub yang melayani komunitas gay. Pemerintah takkan main-main untuk memantau dan menindak pelanggaran moral tersebut. "Kami telah menerima kabar ini, tapi kami hanya peduli tentang pelanggan yang Muslim. Jika kami menemukan salah satu dari mereka terlibat dalam hubungan tersebut, kami akan bertindak," ancam Abdul.