REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH – Dari jumlah seluruh jamaah haji Indonesia yang tiba di Saudi Arabia yang mencapai 182.620 atau 79, 22 persen dari jumlah seluruh jamaah haji yang mencapai 222.198 orang, jamaah asal embarkasi Jawa Timur (SUB) terbanyak yang meninggal. Hingga pukul 10:50 Waktu Arab Saudi jamaah haji asal daerah ini yang meninggal jumlahnya mencapai 15 orang.
‘’Data dari seluruh embarkasi jamaah haji asal Jawa Timuryang terbanyak meninggal. Ini juga karena ada faktor besarnya jumlah jamaah yang juga banyak, yakni mencapai 31.185 orang. Sedangkan asal jamaah yang sampai kini belum ada yang meninggal itu hanya dari embarkasi Padang saja,’’ kata Abdul Hafidz, petugas penghubung kesehatan Daerah Kerja (Daker), Makkah, Jumat (28/10).
Menurut dia bila dilihat dari daftar yang ada maka sebagian besar jamaah yang meninggal itu karena kelelahan. Indikasi ini terlihat dengan kecenderungan tempat meninggalnya jamaah yang berada di Makkah. ‘’Total jamaah yang meninggal kini ada 73 orang. Rinciannya 2 orang jamaah dari rombongan ONH Plus atau haji khusus. Sisanya, 71 orang dari jamaah haji reguler.’’ Katanya,
Jumlah jamaah haji asal Jawa Timur yang tiba di Makkah kini memang menampati pertama. Di bawahnya adalah jamaah haji asal DKI Jakarta (JKS) 30.884 orang dengan 10 jamaah yang wafat. Sesudah itu baru jamaah asal jawa Tengah (SOC) dengan 30.282 jamaah, namun dengan jumlah orang yang sedikit lebih banyak yakni 12 orang.
Jamaah Dirawat
Mengenai jamaah yang dirawat karena sakit, berdasarkan data sistem komputerisasi haji terpadu (Siskohat), terlihat ada 71 orang dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah, 18 orang dirawat di BPHI Madinah, dan17 orang dirawat di BPHI Jeddah.
Sedangkan yang mendapat perawatan intensif di rumah sakit yang ada di Arab Saudi jumlahnya kini ada 44 orang. Yakni, 21 di rawat di rumah sakit Arab Suadi di Makkah, 18 orang di rumah sakit Arab Saudi di Madinah, dan lima orang yang dirawat di rumah sakit di Jeddah.
‘’Untuk mengatasi terus menaiknya jumlah jamaah haji yang meninggal kami pun terus memantu kesehatan jamaah.Kami juga sudah keluarkan seruan agar para petugas kesehatan dan jamaah yang ada di dalam kloter campuran memperhatikan kondisi kesehatannya,’’ ujar Hagidz.
Mengapa demikian? Hafidz mengatakan karena kelompok jamaah ini adalah kloter tambahan sehingga banyak jamaah yang tidak terlalu siap ketika diumumkan bahwa dia tahun ini bisa berangkat haji.
’’Nah karena kloter tambahan, biasanya mereka tak sempat mempersiapkan diri dengan baik. Hubungan komunikasi antar warga kloternya juga agak susah karena mereka berasal dari banyak wilayah,’’ tandas Hafidz