REPUBLIKA.CO.ID,MOSCOW - Masjid Kathedral, sebuah masjid bersejarah di Moscow, dihancurkan pada Ahad (11/9) kemarin. Putusan ini didukung oleh Dewan Mufti Rusia tanpa persetujuan pemimpin Muslim Rusia dan aktivitis warisan budaya.
“Penghancuran Masjid ini sungguh keterlaluan. Padahal, tidak ada satu orang pun yang berani menyentuh Masjid ini bahkan semenjak zaman pemerintahan Breznev (pejabat PM era Uni Soviet),” papar Konstantin Mikhailov, kordinator pengawas warisan Arkhnadzor, seperti dikutip themoscownews.com, Senin (12/9).
Wakil pemerintah pusat untuk urusan spiritual Muslim, Albir Krganov, membenarkan penghancuran masjid tersebut. Namun, ia mengaku heran mengapa masjid dihancurkan tepat perayaan tragedi 9/11. Bersama para pemimpin Muslim lainnya, Krganov menandatangani pernyataan penolakan terhadap rencana penghancuran masjid sejak pekan lalu.
Sayang, usaha itu gagal menghalangi rencana penghancuran. Walikota Moskow, Sergei Sobyanin, dan Presiden negara bagian Tatarstan, Rustam Minnikhanov, juga gagal mencegah penghancuran itu.
“Apa yang bisa kita lakukan. Masjid itu tidak lagi berdiri,” ungkap Krganov.
Rawil Gaynetdin, kepala Dewan Mufti Rusia, mengatakan bangunan itu tidak memiliki nilai sejarah. Status itu mengacu pada putusan komite warisan budaya Moscow tahun 2009. Saat itu, komite menghapus status perlindungan khusus guna memberikan kesempatan kepada Dewan Mufti Rusia membangun Masjid baru.
Konon, masjid baru yang akan dibangun diharapkan mampu mengatasi persoalan kekurangan masjid yang dialami Muslim Rusia.
Aktivis penyelamat warisan budaya Rusia menyatakan pembongkaran bangunan tua itu ilegal. “Seharusnya perlu putusan Departemen Kebudayaan. Sementara, putusan itu saja baru dikeluarkan akhir September ini,” papar kelompok aktivis tersebut.
Masjid Kathedral Moscow dibangun tahun 1904 dari dana saudagar Tartar, Salikh Yerzin. Masjid ini merupakan satu dari dua masjid tertua di ibukota Rusia. Masjid ini dibuka selama era Uni Soviet lalu dialihfungsikan sebagai pusat kebudayaan Tartar.