REPUBLIKA.CO.ID,OTTAWA - Sikap toleran masyarakat Kanada terhadap keragaman etnis dan agama menurun semenjak tragedi 11 September 2001. Lebih dari 50 persen masyarakat Kanada yang terlibat dalam survei Ipsos Reid menyebutkan Muslim mengalami diskriminasi yang lebih parah ketimbang 10 tahun sebelumnya. Sebaliknya, Muslim Kanada mengatakan efek dari tragedi 9/11 berdampak baik dan buruk bagi komunitas mereka.
"Sisi baiknya, ada semacam keingintahuan masyarakat Kanada soal Islam. Mereka ingin tahu dengan akurat tentang Islam secara langsung dari komunitas yang ada," papar Kashif Ahmed, anggota Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) seperti dikutip telegraphjournal.canadaeast.com, Kamis (8/9).
Ahmed mengatakan saat masyarakat Kanada mendapatkan akses informasi tentang Islam dan tahu secara personal seperti apa seorang Muslim, baik melalui kolega atau kerabat, mereka akan lebih tahu tentang Islam. Saat mereka tahu maka ada semacam pertimbangan untuk tidak mengatakan Islam itu teroris dan sebagainya.
"Sisi buruknya, beragam penelitian atau survei terkait keyakinan memiliki efek yang berlawanan sehingga berdampak pada prasangka berlebihan," papar Ahmed.
Ahmed juga menyayangkan komentar PM Stephen Harper kepada CBC. Menurut Ahmed, mengatakan Islam sebagai ancaman utama merupakan hal keliru. Sebab, kasus pembantaian di Norwegia menandakan terorisme tidak hanya berasal dari satu komunitas saja.
"Kesalahpahaman yang umum terjadi tentang Islam adalah agama ini membenarkan terorisme dan komunitas Muslim tidak mengutuk terorisme atau poligami," kata Ahmed.
Berikut kesimpulan hasil riset :
1. Sebanyak 74 persen masyarakat Kanada sepakat sikap toleransi mereka menurun.
2. Sekitar 60 persen Muslim Kanada mengalami diskriminasi dari sebelumnya.
Survei ini melibatkan 1.012 orang dewasa dengan rentang pengambilan survei 26-30 Agustus 2011. Survei mencantumkan margin eror sekitar 3.1 persen.