Jumat 05 Aug 2011 14:05 WIB

Ideologi Dibalik Breivik (IV): Bagaimana Si Pembunuh Membenarkan Tindakannya

Penembakan di Pulau Utoya, Norwegia
Foto: AP
Penembakan di Pulau Utoya, Norwegia

REPUBLIKA.CO.ID, "2083. A European Declaration of Independence." (2083, Deklarasi Kemerdekaan Eropa). Itu adalah judul manifesto si pembunuh yang ia tayangkan di internet tak lama sebelum melakukan pembantaian. Dokumen dengan 1.518 halaman mengandung 800 ribu kata memungkinkan pembaca memasuki ke pikiran si pembunuh dalam cara yang sebelumnya tak mungkin dilakukan.

Meski sejumlah data di dalamnya tak bisa serta-merta dianggap kebenaran tanpa pembuktian, dokumen itu mampu mengungkap bagiamana jalan pikiran si pembunuh.

Manifesto Breivik yang berbelit terdiri dari satu bagian di mana ia mendorong dan menghasut kekerasan, saran praktis bagi para pembunuh profesional, sebuah wawancara dengan dirinya sendiri dan catatan harian yang ia tulis mengacu pada serangan, beberapa bulan sebelum ia beraksi.

Breivik memanfaatkan teori konspirasi lama dan sejumlah blogger baru saya kanan. Kadang ia mengutip orang dengan kalimat yang menarik hatinya, seperti Benjamin Franklin, Fidel Castro atau Mark Twain.

Breivik terobsesi dengan Islam yang ia tuding berniat menundukkan Eropa. Ia mengklaim elit Eropa yang sudah berpuas diri dengan ide 'multikulturalisme/budaya Marxist' telah melayani Islam dalam proses tersebut.

Ia menuntut para konservatif Kristen garda depan untuk berdiri dan mengambil posisi serta melawan ancaman tersebut. Ia juga menyebut dirinya sebagai anggota Kristen garda depan tersebut.

Ia mengimajinasikan anggota "Knight Templar" itu melakukan pembunuhan dan serangan serta gerakan terorganisir yang pada akhirnya mengambil alih kekuasaan serta mengusir Muslim dari Eropa. Tujuan ini, menurut Breivik, akan dicapai pada 2083, tepat 400 tahun setelah Dinasti Otoman Turki dikalahkan di luar Viena.

Breivik menulis bahwa ia menentang semua bentuk 'politik sopan santun'. Ia menyetarakan bentuk politik itu dengan 'budaya Marxisme'

Tujuan dari 'budaya Marxisme' itu dalam opininya, adalah mendekonstruksi tatanan, nilai dan norma lama Eropa, Nasrani, peran wanita dan laki-laki serta moralitas seksual. Breivik meyakini bahwa sisi paling berbahaya dari 'budaya Marxisme' adalah multikulturalisme, pasalnya itu membuat Eropa membuka pintu kepada Islam.

Musuh Utama

Manifesto Breivik adalah paduan aneh dari kutipan, material jiplakan dan kata-katanya sendiri. Ia juga memberi catatan kaki serta sumber referensi, namun ia juga mengutip media seperti Economist dan SPIEGEL.

Ia memiliki kesukaan dengan akademis dan cenderung menyukai angka, meski data itu lebih banyak diambil dari sumber-sumber lain.

Ia mengambil jarak dari neo-Nazi, menyatakan bahwa pandangan anti-Semitisme adalah omong kosong. Malah ia menegaskan bahwa Yahudi Eropa adalah sekutu dalam memerangi Islam. Ia menyebut Hitler pembunuh massal dan meyakini bahwa Holokaus adalah fakta tak terbantahkan.

Namun ia juga berfantasi dengan mengatakan saat ini ada genosida yang tengah dilakukan Muslim terhada Nasrani Eropa. Itu tak terelakkan dan didiamkan oleh 'budaya Marxisme'. Lebih dari perasaannya terhadap Muslim, ia membenci semua yang ia pandang membuka jalan bagi dominasi Muslim.

Hanya sedikit korban Breivik adalah Muslim. Alih-alih menyerang rumah para pencari suaka Muslim, ia menyerang orang-orang yang ia yakini sebagai musuh utama, masa depan yang memapankan 'budaya Marxis'.

Bagi Breivik, orang-orang itu adalah mayoritas politisi Eropa, jurnalis, dan guru besar universitas. Ia meyakini 90 persen elit pembentuk opini publik adalah pendukung 'budaya Marxis'.

Ia tak memiliki jawaban terhadap pertanyaan mengapa orang-orang itu berpuas diri dan membiarkan terikat dengan Muslim. Di saat bersamaan ia menyebut para elit tadi orang jahil, tak memiliki kepedulian dan tak mau mengakui ada ancaman besar. Ia juga menuding sikap itu didoring oleh ketergantungan terhadap minyak Arab dan ketakutan terhadap serangan teroris.

Breivik bahkan serius mempertimbangkan kemungkina penggunaan senjata nuklir untuk memerangi multikulturalisme. Ia menyimpulkan itu akan sulit namun harus menjadi pilihan dalam tahap berikut dari revolusi.

Pada hari penghakiman, Breivik membayangkan pengusiran Muslim dan eksekusi terhadap para pengkhianat. Ia membagi musuh utama 'budaya Marxis' dalam kategori pengkhianat A, B dan C.

Kategori A adalah pemimpin opini tertinggi seperti pemimpin redaksi media dan politisi. Sementara kategori B terdiri dari tentara bawahan para multikulturalis. "Mereka tahu mereka berkontribusi terhadap proses genosida demografis dan budaya secara tak langsung," tulisnya. Sedangkan kategori C, menurut Breivik terdiri dari pengikut dan simpatisan.

Bagi Breivik, 69 korban yang ia bantai di Pulau Utoya, sebagian besar adalah pemuda yang tengah menghadiri perkemahan musim panas Partai Demokrat Sosial, bisa jadi adalah pengkhianat Kategori B. (bersambung)

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement