REPUBLIKA.CO.ID, OSLO - Mereka berbaur. Seorang pria berambut pirang, tiba-tiba mendatangi Iman al-Kofi, wanita kelahiran Irak yang sehari-hari mengenakan cadar, dan memeluknya. Keduanya sesenggukan, menangis.
Kofi ada di lautan manusia warga Oslo yang melakukan upacara berkabung bagi para korban tewas penembakan brutal di Pulau Utoya.
Kofi, yang temannya kini ada dalam perawatan intensif dengan tiga lubang bekas peluru di tubuhnya, sempat menjadi 'tersangka' saat bom meledak di oslo. Saat itu, media mulai mengarahkan telunjuknya pada kaum Muslim sebagai pelaku peledakan. Ia ditatap dengan pandangan curiga oleh para tetangganya.
Dalam pembantaian Jumat, satu orang kerabatnya turut menjadi korban.
Sama dengan Kofi, imigran Muslim lainnya mengatakan mereka telah diperlakukan sama saat bom mengguncang Oslo. Namun begitu diketahui pelakunya adalah seorang Kristen fanatik ultra kanan, Anders Breivik Behring, perlakuan berubah 180 derajat.
"Jika itu adalah Muslim, mereka akan menyalahkan semua orang asing dan membenci kita semua," kata salah seorang imigran asal Asia, menambahkan bahwa ia datang ke jantung kota Oslo untuk berduka dengan puluhan ribu orang lainnya.
Muslim di Norwegia mengatakan mereka berbagi rasa sakit dengan rekan-rekan Kristen mereka setelah pembantaian itu, di mana Breivik menembak mati puluhan pemuda, terutama remaja, di sebuah pulau liburan dan membom sebuah gedung pemerintah Oslo, menewaskan total 93 orang.
Norwegia dari semua latar belakang bersatu untuk mengutuk tindakan itu. Pemimpin Muslim mengatakan mereka berharap ke depan Norwegia akan memiliki kondisi yang lebih baik untuk hubungan antar ras.
Muslim mengatakan bahwa mereka merasa lega bahwa pasang naik sentimen anti-imigran dan anti-Muslim di Eropa tidak diberi momentum baru.
"Kami seolah berkata 'Puji Tuhan itu bukan seorang Muslim'," kata imigran asal Aljazair, Tariq Mahmoud, 23, yang berada di sebuah masjid di Oslo ketika jendela masjid tiba-tiba terbuka dengan keras terimbas daya ledak bom Breivik.
"Tentu saja kami takut. Kami pikir mereka akan menekan kami," kata Khaled Mohammed, teman Tariq.
Seorang imam di Norwegia menyatakan ada angin baru dalam hubungan antar etnis di negara itu setelah kejadian itu. "Saya memiliki harapan besar bahwa ini akan mengubah Norwegia pada arah yang positif. Setiap orang bersatu, terlepas dari warna, latar belakang budaya, etnisitas. Kita semua terpengaruh, kita semua terluka," kata Najeeb Naz Ur Rehman, seorang imam terkemuka yang berbasis di Norwegia.
Menteri Luar Negeri Jonas Gahr Store memuji masjid-masjid di oslo yang melakukan doa bersama bagi para korban serangan. Ia bahkan menghadiri upacara di sebuah masjid bagi korban berondongan peluru Breivik.