REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH - Observatorium Bosscha Bandung, Jabar, akan melakukan pengamatan hilal guna menentukan hari pertama Ramadhan 1432 H dari 14 titik pengamatan di seluruh Indonesia.
"Kita sudah melakukan persiapan untuk pengamatan pada tanggal 22 Juli. Tinggal pengamatannya saja pada tanggal 31 Juli mendatang. Untuk pengamatan hilal, kita tidak akan melakukan pengamatan di Bosccha Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, tapi di daerah lain yang telah ditentukan," kata Staf Tata Usaha Observatorium Bosscha Bandung, Rita Juwita Ningsih saat dihubungi wartawan, Senin (25/7).
Menurutnya, tempat peneropongan bintang Bosccha Bandung hanya digunakan untuk penyuluhan dan display streaming pada saat pengamatan hilal. Tim Bosscha sendiri telah mempersiapkan sejumlah orang untuk di tempatkan di sejumlah titik-titik yang dinilai bisa digunakan untuk hilal bersama, dengan beberapa pengamatan diantaranya menggunakan bantuan peralatan teknologi tinggi.
"Sebanyak 14 titik lokasi pengamatan hilal itu ada di Lokngah Nanggro Aceh Darussalasam (NAD), Universitas Lampung, Pontianak, Riau, Stasiun Pengamatan Dirgantara (SPD) LAPAN Biak - Papua, Pantai Barat Kupang, Nusa Tenggara Timur, Mataram, Nusa Tenggara Barat," bebernya.
Selain itu di Makassar, Sulawesi Selatan, Tenggarong Kalimantan Timur, Condrodipo Gresik, Jawa Timur, Pos Observasi Bulan, Bukit Belabelu - Yogyakarta, UPI Bandung, Anyer - Banten dan UINSUSKA Pekanbaru.
Dijelaskannya, berdasarkan kalender "Qomariyah" atau Hijriah, pergantian hari terjadi saat matahari terbenam baru akan dilakukan Hilal atau sabit bulan baru yang menandai masuknya bulan baru pada sistem kalender itu. Hilal merupakan fenomena terlihatnya sabit bulan saat matahari terbenam, yang dilihat dari bumi setelah ijtimak.
"Penentuan hilal tidak mudah karena setiap daerah mempunyai waktu yang berbeda. Hilal sangat redup dibandingkan dengan cahaya matahari atau mega senja. Dengan demikian katanya hilal ini baru dapat diamati sesaat setelah matahari terbenam," katanya.