Rabu 13 Jul 2011 11:04 WIB

Sejarah Para Khalifah: Abdul Azis, Korban Konspirasi Eropa

Red: cr01
Sultan Abdul Azis
Foto: freepages.genealogy.rootsweb.ancestry.com
Sultan Abdul Azis

REPUBLIKA.CO.ID, Abdul Azis adalah Sultan Turki Utsmani yang memerintah antara 1861-1876. Ia lahir 1830, menduduki tahta 1861, dan dicopot dari kedudukan 1876. Empat hari setelah pencopotannya, ia meninggal dunia. Banyak sejarawan yakin bahwa ia mati syahid setelah anggota Turki Muda mengatur persekongkolan untuk membunuhnya dan mengumumkan kematiannya.

Abdul Azis naik tahta menggantikan saudaranya, Abdul Majid I, pada akhir 1277 H. Pada masa pemerintahannya, meledak revolusi di kepulauan Kreta. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan 1283 H/1863 M. Setelah itu, Terusan Suez berhasil ditaklukkan pada 1285 H/1869 M.

Pada awal masa pemerintahannya, muncul sebuah majalah hukum dan keadilan serta undang-undang perdagangan dan bisnis lautan. Dia melakukan kunjungan ke Eropa dan berpikir untuk mengambil manfaat dari adanya konflik yang terjadi di antara negara-negara Eropa. Namun ternyata yang didapatkannya, negara-negara Eropa itu sepakat menyatakan permusuhan terhadap pemerintahan Utsmani karena ia adalah negara Islam.

Sultan Abdul Azis menyatakan keinginan kuatnya untuk melanjutkan jalan yang telah ditempuh oleh ayahnya, Mahmud II, dan saudaranya, Abdul Majid I. Dia tetap memakai orang-orang yang mendapat tugas untuk melanjutkan program reformasi di masa sebelumnya. Di antara reformasi paling penting yang dia lakukan adalah perubahan di bidang administrasi, yang ditandai dengan dikeluarkannya undang-undang keprovinsian pada 1281 M/1864 M.

Disamping itu, ia juga membentuk Mahkamah Tinggi Kehakiman. Pada 1285 H/1868 M, ia membentuk majelis negara serupa dengan yang ada di Prancis, yang kemudian disebut dengan Syuwari Daulah atau Majelis Syura Negara. Di antara tugas pentingnya adalah membicarakan anggaran negara.

Sultan Abdul Azis menolak undang-undang Barat secara keseluruhan. Demikian pula dengan tradisi-tradisi Barat yang sangat jauh dari tradisi Islam. Ia juga berhasil melakukan perbaikan dalam pemerintahan Utsmani dalam skala besar, khususnya di bidang militer.

Dia berhasil membangun militer yang kuat, mengganti persenjataan yang lama dengan yang baru. Ia juga mengimpor senjata yang dibutuhkan dari pabrik yang paling baik di Eropa. Selain itu, Abdul Azis juga berhasil melakukan reorganisasi militer dengan sistem modern dan membentuk kelompok-kelompok militer di setiap wilayah.

Ia juga berhasil mempersenjatai benteng-benteng dengan senjata berat dan meriam-meriam terbaru sehingga menjadikan meriam-meriam Utsmani contoh dalam kemajuan. Pada saat yang sama, Sultan Abdul Azis melakukan perbaikan dalam bidang kelautan dan menempatkan para ahli dan pakar Utsmani menggantikan pakar asing, walaupun mendapat tentangan dari mereka.

Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Utsmani menjadi negara maritim paling utama di dunia. Angkatan Daratnya meningkat hingga 700.000 pasukan dengan sistem dan persenjataan terbaru pada saat itu. Ia juga membangun sejumlah sekolah penting, seperti sekolah pertambangan, sekolah pertanahan dan sekolah tinggi militer.

Sultan juga melakukan restrukturisasi ekonomi dan mengatur belanja negara dengan baik dan transparan. Dengan demikian, maka lunaslah hutang pemerintah Utsmani, dan menjadikan keuangan negara dalam keadaan stabil. Negara-negara Eropa tercengang melihat apa yang dilakukan oleh sultan dalam waktu yang sangat singkat ini. Mereka pun segera menebar kerikil-kerikil tajam untuk menghalangi langkah-langkah dan rencananya.

Akar-akar konspirasi pembunuhan terhadap Sultan Abdul Azis dilakukan cara yang seksama dan sangat terencana oleh konsulat dan diplomat-diplomat Eropa. Mereka berusaha merealisasikannya melalui antek-antek yang telah kenyang menyerap pemikiran Eropa.

Medhat Pasya, salah seorang pejabat Utsmani, secara terang-terangan mengaku saat diadili bahwa dirinya teribat dalam konspirasi pencopotan Sultan Abdul Azis dari kedudukannya. Peristiwa ini sangat terkenal dalam sejarah dan dicatat dalam sejumlah dokumen.

sumber : Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement