REPUBLIKA.CO.ID, AUCLAND - Adeeba Jabbar dari Porirua menangis di jalan setelah sopir bus menolak untuk membiarkannya masuk ke dalam bus karena ia bercadar. Dua temannya mengalami nasib sama. Ketiganya adalah mahasiswi Arab Saudi yang tengah belajar di Selandia Baru.
Konsulat Jenderal Arab Saudi telah menulis kepada pemerintah negeri itu tentang insiden yang dialami tiga warganya itu. Ini adala kejadian tak mengenakkan kesekian kalinya yang dialami, setelah sebelumnya, seorang sopir bus, misalnya, memintanya untuk mencopot jilbab sebelum naik bus. Pakaian yang dikenaan ketiganya adalah pakaian tradisional Arab, yang mereka biasa kenakan di negara asal.
Menjawab keberatan mereka, pihak pengelola transportasi massal di Selandia Baru menyatakan kedua driver telah dikirim pada program konseling - dan keduanya dinyatakan menderita "maskophobia", alias fobia terhadap masker.
"Keduanya mengaku itu bukan karena alasan agama ... tetapi mereka benar-benar memiliki fobia terhadap orang yang memakai topeng, itu sebabnya kami tidak memecat mereka," kata manajer umum perusahaan pengelola bus, Jon Calder, kemarin.
Sameer Aljabri, suami dari salah seorang wanita, mengatakan ia akan mengajukan keluhan resmi pada Komisi Hak Asasi Manusia atas nama insiden yang menimpa istrinya. Menurutnya, apa yang terjadi, sangat menyakitkan ketimbang keterangan lembaga itu.
"Saat dia melangkah ke bus yang penuh sesak, sopir berteriak," Keluar! " Dia bertanya mengapa dan diberitahu, `'Karena Anda menutupi wajah Anda'... Dia bersikeras agar istri saya turun dari bus, lalu menutup pintu dan pergi," ujarnya.
Ketua urusan etnis Asosiasi Buruh Selandia Baru, Ashraf Choudhary, mengatakan ia telah berbicara pemerintah, memperingatkan bahwa insiden seperti itu bisa membahayakan kemampuan Selandia Baru untuk menarik mahasiswa Muslim.
"Mahasiswa Saudi menyumbang 300 juta dolar AS bagi perekonomian kita," katanya.