Selasa 07 Jun 2011 13:39 WIB

Jengkel dengan Terorisme, Muslim Inggris Berkampanye Merebut Istilah Jihad

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
London City Hall, tempat Inspire meluncurkan kampanye Jihad Melawan Kekerasan
Foto: PA
London City Hall, tempat Inspire meluncurkan kampanye Jihad Melawan Kekerasan

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Sekelompok Muslimah Inggris mengkampanyekan gerakan merebut kembali istilah jihad lantaran kesal istilah jihad diselewengkan kelompok ekstrimis. Kampanye itu diberi nama "Jihad melawan kekerasan".

Saat meresmikan kampanye yang berlangsung di City Hall, London, Ahad (5/6) lalu, Direktur Inspire, organisasi Muslimah Inggris yang mencetuskan ide tersebut, Sara Khan mengatakan kampanye lebih menekankan pada upaya memberantas segala bentuk kekerasan yang mengatasnamakan Islam seperti terorisme, kekerasan dalam rumah tangga dan mutilasi terhadap perempuan.

"Jihad adalah perjuangan di jalan Allah yang dibajak oleh ekstrimis. Kami berusaha merebutnya kembali dengan menjalankan jihad melalui cara yang benar," kata dia seperti dikutip dari Guardian.co.uk, Senin (6/6).

Sara mengatakan Islam begitu identik dengan segala hal yang menyangkut kekerasan. Kondisi itu tentu tidak bisa dibiarkan. Sebabnya, perlu ada semacam usaha untuk meluruskan kekacauan itu. "Kami tidak bisa tinggal diam," kata Sara yang juga menyarankan kepada pemerintah Inggris untuk mengatasi radikalisasi dan kritis dalam memerangi ekstrimisme.

Guna mendukung kampanye tersebut, Sara mengaku berencana mengumpulkan informasi yang menyangkal argumen dari kelompok ekstrimis yang mengacak-ngacak Alquran guna membenarkan terorisme dan kekerasan domestik pada perempuan dan anak-anak."Kami sadar minimnya informasi menjadi masalah," kata dia.

Karena itu, dia mengharapkan, kampanye ini bisa menyertakan pula para ulama dari ogranisasi yang berada di Inggris. Dengan begitu, kekuatan dari kampanye ini secara simultan merebut kembali istilah jihad yang selama ini diselewengkan. "Kami berharap kampanye ini bisa menekan mereka (para ekstrimis)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement