Rabu 20 Feb 2019 21:03 WIB

Tips Belajar Mandiri Ala Kawan SLI

Dompet Dhuafa menempatkan konsultan relawan di sekolah-sekolah terpilih SLI.

Belajar mandiri di jam kosong (ilustrasi).
Foto: SLI
Belajar mandiri di jam kosong (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 'Jam kosong' seringkali menjadi saat yang membahagiakan bagi para siswa. Mereka bisa mencuri kesempatan bersantai sejenak karena guru tidak hadir pada jam pelajaran tersebut. Kondisi yang umum terjadi biasanya kelas menjadi gaduh, meski guru memberikan tugas untuk dikerjakan.

Namun, kegaduhan tersebut tak terjadi di SDN 2 Tinanggea yang terletak di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sekolah ini adalah satu dari 18 sekolah penerima manfaat program Sekolah Literasi Indonesia (SLI) yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa Pendidikan (DD Pendidikan).

Baca Juga

Melalui program ini, DD Pendidikan berupaya untuk (meningkatkan kualitas sekolah dari dua lingkup yaitu kualitas pembelajaran dan pengembangan budaya sekolah berbasis literasi. Guna memastikan implementasi program berjalan optimal, DD Pendidikan menempatkan seorang Konsultan Relawan, agar lebih dekat dan akrab mereka dipanggil dengan 'Kawan SLI'.     

Piska Yunita adalah Kawan SLI yang bertugas di SDN 2 Tinanggea Bulan ini adalah bulan keenam Piska berada di sana. Melihat para siswanya duduk rapi dan tenang mengerjakan tugas saat jam kosong membuat Piska takjub.

photo
Belajar mandiri di jam kosong kelas (ilustrasi).

“Rasanya senang sekali sekaligus bangga, ini menunjukkan semangat belajar anak-anak yang tinggi. Dibandingkan sekolah-sekolah di kota, sekolah ini jauh sekali kualitasnya. Letaknya juga jauh dari keramaian. Tapi kondisi ini tak mengalahkan semangat anak-anak untuk terus belajar,” ujar Piska. 

Para siswa Kelas VI SDN 2 Tianggea itu berusaha semaksimal mungkin dalam belajar, sebagai latihan untuk menghadapi ujian nasional. “Anak jika sudah menyadari arti pentingnya belajar, maka mereka akan belajar dengan serius dan sungguh-sungguh. Karenanya kesadaran akan arti penting belajar harus dimiliki oleh anak sejak di sekolah dasar, sehingga seterusnya anak akan terbiasa belajar,” kata Piska.

Piska pun membagi kiat bagaimana cara agar anak terbiasa belajar dan mampu belajar secara mandiri meski guru tak hadir. “Guru perlu memberikan pemahaman kepada anak-anak, namun tidak perlu dengan menekan. Bebaskan anak-anak belajar dengan gaya yang mereka suka, tapi tentu saja harus ada pengawasan dari guru atau orang tua di rumah,” kata Piska.

Sebelum dikirim ke wilayah penempatan, Piska dan Kawan SLI yang lain telah mendapatkan pembekalan intensif untuk melaksanakan tugas mereka. Salah satu materi yang diberikan adalah bagaimana melakukan coaching pada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.

Bagaimana Menamkan pada guru rasa tanggung jawab terhadap mengajar dalam bentuk memberikan kesadaraan pada guru, sehingga ada atau tidaknya guru anak-anak mampu belajar mandiri.  Piska pun berusaha mengimplementasikan teknik ini di sekolah tempat ia bertugas, dengan sebaik mungkin.

“Didik anak dengan cara menyenangkan, jangan biarkan mereka bosan. Carilah trik agar anak tetap fokus dalam belajar. Hal ini akan memberikan manfaat ketika nanti guru tak bisa hadir di sekolah. Anak-Anak sudah menyadari dari awal, ada atau tidak ada guru mereka akan tetap belajar,” kata Piska.  

Piska juga mengungkapkan bagaimana seharusnya figur ideal seorang guru. Menurut dara asal Padang  ini menjadi guru bukan sekedar mentransfer ilmu. Seorang guru harus menyadari hakikat belajar itu seperti apa.

“Guru yang ideal seharusnya mampu merubah paradigma siswa, bahwa belajar bukanlah aktivitas yang membosankan. Karena setiap guru harus mampu menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan dan mampu merubah pola pikir anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga pada akhirnya akan merubah karakter anak menjadi pembelajar yang bersemangat,” kata Piska.  

Piska masih memiliki waktu bertugas selama 7 bulan ke depan. Waktu tersebut akan dioptimalkan Piska untuk mendampingi para guru di SDN 2 Tinanggea guna merawat kecintaan anak-anak pada belajar, sehingga mereka bisa belajar secara mandiri kapanpun dan dimanapun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement