Jumat 28 Dec 2018 05:05 WIB

Mohammad Asad: Islam adalah Bangunan yang Sempurna

Semua pelajaran dan perbandingan itu telah menanamkan kepuasan dalam hatinya

Alquran
Foto:

Perubahan yang terjadi pada cara pandangnya ini tidak disadari oleh Asad. Sampai suatu hari pada musim gugur tahun 1925, di pegunungan Afganistan, seorang Gubernur yang masih muda berkata kepada Asad, ''Tuan sebenarnya adalah seorang Muslim, hanya Tuan sendiri tidak menyadarinya.'' Ia pun dibuat kaget oleh kata-kata sang Gubernur tersebut. ''Dan, secara diam-diam saya terus memikirkannya,'' ungkapnya.

Ketika memutuskan untuk kembali ke Eropa pada tahun 1926, Asad berpikir satu-satunya konsekuensi logis dari pendirian yang ia miliki ialah dirinya harus memeluk agama Islam. ''Hal itulah yang telah menyebabkan saya menyatakan keislaman saya. Dan, sejak itu pulalah datang bertubi-tubi pertanyaan-pertanyaan yang berbunyi: Mengapa engkau memeluk Islam? Apanya yang telah menarik engkau?'' tulisnya.

Setelah masuk Islam, ia pergi dan bekerja di seluruh dunia Islam, dari mulai Afrika Utara sampai Afganistan di bagian Timur. Dan, setelah beberapa tahun mempelajari Islam, beliau telah menjadi seorang cendekiawan Muslim terkemuka di abad ini.

''Demikianlah Islam telah masuk ke dalam lubuk hati saya, laksana seorang pencuri yang memasuki rumah di tengah malam. Namun, Islam telah masuk untuk terus menetap selama-lamanya, tidak seperti seorang pencuri yang masuk rumah untuk kemudian dengan tergesa-gesa keluar lagi. Sejak itu, saya telah bersungguh-sungguh mempelajari apa yang dapat saya pelajari tentang Islam. Saya telah mempelajari Alquran dan Sunnah Rasul. Saya pelajari bahasa agama Islam berikut sejarahnya. Saya pun pelajari sebagian besar buku-buku atau tulisan-tulisan mengenai ajaran Islam dan juga buku-buku maupun tulisan-tulisan yang menentangnya. Semua itu saya lakukan dalam waktu lebih dari lima tahun di Hejaz dan Najed, dan lebih banyak lagi di Madinah. Sehingga, saya bisa mengalami sesuatu dalam lingkungan yang original, di mana agama ini dikembangkan untuk pertama kalinya oleh Nabi yang berbangsa Arab. Sedangkan Hejaz, merupakan titik pertemuan kaum Muslimin dari berbagai negara, tempat saya dapat membandingkan beberapa pandangan keagamaan dan kemasyarakatan yang berbeda-beda dan menguasai dunia Islam sekarang,'' paparnya dalam buku tersebut.

sumber : Oase Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement