Senin 30 Oct 2017 21:16 WIB

Ini Tugas Din Syamsuddin Sebagai Utusan Khusus Presiden

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Din Syamsuddin
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengangkat Prof Din Syamsuddin menjadi utusan khusus presiden untuk dialog dan kerja sama antar agama dan peradaban. Salah satu tugas Prof Din mempromosikan kerukunan antar agama di dalam dan luar negeri.

"Penunjukan Prof Din mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan sekarang Ketua Dewan Pertimbangan MUI pusat sebagai utusan khusus presiden untuk dialog dan kerja sama antar agama dan peradaban itu sangat tepat," kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi kepada Republika, Senin (30/10).

KH Muhyiddin mengatakan, pengangkatan Prof Din sebagai utusan khusus presiden yang bertugas mempromosikan kerukunan antar agama sangat baik. Apalagi Indonesia sudah dikenal berpengalaman dalam merawat Islam moderat yang sangat sejalan dengan nilai-nilai demokrasi modern.

"Jadi tugas utama Pak Din memang untuk menyampaikan kepada masyarakat dunia, baik di dalam juga di luar negeri bahwa agama seharusnya dijadikan sebagai perekat," ujarnya.

Ia menerangkan, agama justru sebagai perekat etnis dan budaya, agama bukan sebagai pemecah dan pemicu masalah. Agama juga bukan sebagai pembuat masalah, justru agama sebagai solusi dari segala masalah. KH Muhyiddin juga menyampaikan, di dalam negeri akhir-akhir ini ada orang-orang yang menggunakan agama untuk kepentingan politik. Mereka menggunakan agama untuk kepentingan sesaat.

"Jadi penting sekali peran utusan khusus presiden yang tugasnya untuk dialog dan kerja sama antar agama dan peradaban. Agama nilainya sangat tinggi seharusnya agama sebagai petunjuk bagi umat manusia," tegasnya.

Ia menambahkan, akhir-akhir ini sejak tahun 2011 di kawasan Timur Tengah telah terjadi penyimpangan terhadap penafsiran ayat-ayat Alquran secara sepihak. Sehingga timbul kelompok-kelompok radikal dan ekstremis. Mereka cenderung tidak mau toleransi terhadap perbedaan pandangan dan mazhab.

"Terbentuklah kelompok fanatisme yang justru ini sangat berbahaya bagi perdamaian," terangnya.

Sementara, lanjut dia, fanatisme yang dibangun mereka adalah fanatisme terhadap pendapat pribadi dan individu. Bukan fanatisme terhadap kebenaran agama. Di sisi lain, Indonesia sudah dikenal berpengalaman dalam merawat Islam moderat yang sangat sejalan dengan nilai-nilai demokrasi modern. Maka pengangkatan Prof Din sebagai utusan khusus presiden yang bertugas mempromosikan kerukunan antar agama dinilai tepat oleh MUI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement