Senin 09 Jun 2014 09:58 WIB

Aisyiyah Tuntut Perlindungan Perempuan (2-habis)

logo aisyiyah
logo aisyiyah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Neni Ridarineni

Capres belum ada yang membahas tentang perempuan.

Sebelumnya, pakar politik Chusnul Mariyah mengatakan sampai saat ini dua pasangan capres dan cawapres tak ada yang berbicara tentang perempuan dan anak. Padahal jumlah perempuan di Indonesia ada 50  persen lebih.

Kalau perlu Aisyiyah menyiapkan kebijakan yang penting apa saja dan disampaikan kepada calon presiden dan calon wakil presiden. ''Sampaikan kepada capres-cawapres yang paling mudah,'' saran dosen Universitas Indonesia ini.

Lebih lanjut Chusnul yang juga Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah mengatakan tugas utama pemimpin negara adalah menyejahterakan dan membahagiakan rakyatnya.

''Apakah saat ini warga negara Indonesia sudah sejahtera dan merasa bahagia?'' tanya Chusnul Mariyah sambil tersenyum.

Kegiatan yang berlangsung di Gedung Batari dan Kampus Stikes Aisyiyah Surakarta itu adalah pembukaan dan tabligh akbar oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Selain itu ada pemaparan materi dari Ketua PP Muhamamdiyah Haedar Nashir.

Haedar menjelaskan mengenai Indonesia berkemajuan, rekonstruksi kebangsaan yang bermakna, serta maklumat kebangsaan Muhammadiyah. Pakar politik Chusnul Mariyah juga hadir berbagi pengetahuan dengan para peserta tanwir.

Ia menjelaskan mengenai dinamika politik kebangsaan. Sementara pakar ekonomi Hendri Saparini menjelaskan tentang peluang dan tantangan terbentuknya masyarakat ASEAN yang mulai efektif pada tahun 2015 mendatang.

Dalam tanwir kali ini, Ketua PP Aisyiyah Siti Chammamah Soeratno memperoleh kesempatan menjelaskan refleksi satu abad gerakan Aisyiyah. Apa yang telah dicapai organisasi perempuan Muhammadiyah ini dan tantangannya ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement