Jumat 02 Nov 2018 00:43 WIB

Nasehat untuk Pemuda, UAS: Contohlah Syekh Yusuf

Syekh Yusuf memiliki tekad kuat menimba ilmu semasa muda.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Ustaz Abdul Somad tengah menyampaikan tausiyah di hadapan ratusan jamaah di kampus Universitas Islam Syeikh Yusuf di Kota Tangerang, Kamis (1/11).
Foto: Republika/Kiki Sakinah
Ustaz Abdul Somad tengah menyampaikan tausiyah di hadapan ratusan jamaah di kampus Universitas Islam Syeikh Yusuf di Kota Tangerang, Kamis (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Ustaz Abdul Somad mendapat kesempatan berceramah di depan ribuan jamaah yang hadir di Universitas Islam Syeikh Yusuf (UNIS) Tangerang, Banten.

Tabligh akbar kali ini mengangkat tema "UNIS Sebagai Poros Peradaban Mahasiswa Islam di Banten Sesuai Suri Tauladan Nabi Muhammad SAW". 

Sesuai dengan namanya, perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassari Tajul Khalwati dalam membangun peradaban bisa menjadi pelajaran dan teladan generasi masa kini. Demikian disampaikan Ustaz Abdul Somad saat memberikan tausiyah di hadapan ratusan jamaah di kampus UNIS, Kamis (1/11). 

"UNIS adalah universitas pertama di Banten dan telah berusia lebih dari 50 tahun. Semoga semangat Syekh Yusuf tidak hanya pada namanya, tetapi juga pada semangat mahasiswa di kampus ini untuk menuntut ilmu," kata Ustaz Somad di kampus UNIS kota Tangerang, Kamis (1/11).

 

Sekitar 400 tahun yang lalu, Ustaz Somad menceritakan ada semangat anak muda yang luar biasa, yang berasal dari Makasar, Sulawesi Selatan. Adalah Syekh Yusuf, seorang ulama yang memiliki semangat dalam menuntut ilmu dan berpetualang. 

Selepas berguru di Cikoang, Syekh Yusuf pergi ke Banten. Di Banten, beliau bersahabat dengan Sultan Ageng Tirtayasa, yang kemudian menjadikannya mufti Kesultanan Banten. 

Syekh Yusuf selanjutnya merantau ke tanah Aceh. Di sana, dia juga berguru pada Syekh Nuruddin ar-Raniri dan mendalami Tarekat Qadiriyah. 

Saat menunaikan ibadah haji pada 1644, Syekh Yusuf tinggal di Makkah beberapa lama dan belajar ilmu agama pada ulama terkemuka di Makkah dan Madinah. Beliau juga sempat mempelajari agama ke Yaman dan Irak. 

Setelah puluhan tahun menuntut ilmu di negara lain, Syekh Yusuf tidak lantas melupakan kampung halamannya. Karena kecintaannya pada tanah air, beliau kembali ke Banten dan membangun pusat pendidikan agama Islam di sana. 

"Syekh Yusuf hanya terus fokus belajar, dan sekembalinya dia dari perantauan panjang, menikah dengan anak seorang bangsawan," lanjutnya.

Karena ruh jihad dalam Islam, penjajah Belanda dibuat marah lantaran Syekh Yusuf membangkitkan semangat untuk melawan penjajahan. Syekh Yusuf kemudian dibuang ke Sri Lanka. 

Belanda khawatir masyarakat Banten akan  bergejolak. Namun hal itu tidak lantas membuatnya terpuruk. Di Sri Lanka, Syekh Yusuf juga berdakwah dan memiliki banyak jamaah pengikutnya. 

Melalui jamaah haji yang singgah di Sri Lanka, Syekh Yusuf masih bisa berkomunikasi dengan pengikutnya di Nusantara. Karena itulah, Belanda mengasingkan Syekh Yusuf ke tempat yang lebih jauh, yaitu Afrika Selatan. 

Di sana, beliau tetap melanjutkan dakwahnya dan memiliki banyak pengikut. Karena perannya dalam menyebarkan dakwah di Afrika Selatan, Syekh Yusuf kemudian dijuluki sebagai Father of Islam.

Dari perjalanan panjang Syekh Yusuf, Ustaz Somad mengatakan ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. 

Pertama, Syekh Yusuf adalah orang yang tidak pernah puas menuntut ilmu. Bahkan di zamannya, dia melintasi lautan hingga ke negara lain demi belajar ilmu agama. 

Kedua, beliau tidak melupakan kampung halamannya dan pulang membangun peradaban di tanah air. Setibanya di tanah air, Syekh Yusuf kemudian menikah. 

"Artinya, anak muda menikahlah dan jangan melakukan perbuatan zina atau seks bebas. Menikahlah untuk menjaga pandangan dan kemaluan,"  kata Ustaz Somad. 

Di samping itu, Ustaz Somad mengatakan bahwa Syekh Yusuf tidak pernah berhenti berzikir. Karena mendalami Tarekat Khalwatiyah, Syekh Yusuf memandang dunia ini kecil. 

Karena itulah, beliau tidak lantas merasa depresi saat kehilangan jabatan sebagai mufti dan diasingkan ke negara lain. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement