Rabu 04 Apr 2018 15:07 WIB
Belajar Kitab

Mengamalkan ilmu

Rasul SAW senantiasa memohon doa kepada Allah, agar ilmu yang didapatkan bermanfaat.

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bila dilihat dari sistematika penulisan kitab Maraqi al-Ubudiyah  yang menempatkan masalah kebersihan badan (jasmani) sebagai pembuka, tampaknya Imam al-Ghazali dan Syekh Nawawi al-Bantani, mengharapkan agar seorang hamba senantiasa menjaga kebersihan diri sebelum menghadap Allah.

Dengan terpeliharanya kebersihan badan, niscaya hal itu akan berimbas pada kebersihan rohani. Orang yang senantiasa memelihara lahirnya, maka dia juga akan memelihara batinnya. Barangsiapa yang bersih lahir dan batinnya, bersih jiwa dan raganya, niscaya ilmu yang dicarinya pun akan semakin mudah melekat.

Mengutip hadis Nabi SAW, dijelaskan, ''Sesungguhnya pada setiap diri manusia itu, terdapat segumpal daging. Bila daging itu baik, maka akan baiklah seluruh badannya. Ketahuilah, hal itu adalah hati.'' Maksudnya adalah, hati yang bersih, maka akan bersih juga amal perbuatannya. Begitu juga dengan orang yang menuntut ilmu. ''Orang yang bertambah ilmunya, namun tidak bertambah hidayah dan ketaatannya kepada Allah, sesungguhnya dia akan semakin jauh dari rahmat Allah.''

Karena itulah, Rasul SAW senantiasa memohon doa kepada Allah, agar ilmu yang didapatkan bermanfaat. ''Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung pada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang kaku, amal yang tidak diterima, dan doa yang tidak didengar.''

Dalam riwayat lain dikatakan; ''Sesungguhnya ilmu yang tidak diamalkan laksana pohon yang tidak berbuah.'' Jadinya sia-sia belaka. ''Manusia yang paling keras siksanya pada hari kiamat, ialah orang yang berilmu yang ilmunya tidak diberikan manfaat oleh Allah.''

Syekh Nawawi menambahkan, dengan membersihkan diri melalui wudlu sebelum menghadap Allah, hal itu menunjukkan iktikad baik untuk mencari sesuatu berdasarkan hati nurani. Dengan jiwa dan hati yang bersih, maka akan memudahkan dirinya dalam menggapai ridla Allah. Ibaratnya, dalam berwudlu, hendaknya diniatkan tidak semata-mata membersihkan diri dari kotoran, tetapi juga ditujukan guna membersihkan diri dan anggota wudlu dari perbuatan maksiat.

Kitab ini selesai ditulis oleh Syekh Nawawi al-Bantani pada 1 Jumadil Awwal 1309 H, sekitar lima tahun sebelum wafatnya (25 Syawal 1314 H). Wa Allahu A'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement