Selasa 06 Mar 2018 05:30 WIB

Peneguh Iman

Isi kitab Sullamul Munajat menguatkan keimanan masyarakat yang membacanya.

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Keimanan/Ilustrasi
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Keimanan/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Suatu ketika ibu angkat Nabi Musa, Asiyah mengajak suaminya, Fir'aun, bermain. Sang wanita menjelaskan, yang kalah dalam permainan itu harus berjalan keluar istana dengan telanjang. Singkat kata, permainan itu dimenangkan oleh Asiyah Fira'un harus berjalan keluar istana sambil telanjang. Pria yang mengklaim dirinya sebagai tuhan itu sempat menolak.

Maafkanlah, aku akan menghadiahkan satu kotak permata untukmu, kata Fir'aun. Asiyah menolaknya. Yang dia inginkan hanyalah menepati janji. Penuhilah janjimu. Keluarlah dari istana dengan bertelanjang bulat. Jika engkau benar-benar tuhan, maka janganlah mengkhianati janji, kata Asiyah.

Fir'aun kemudian melepaskan bajunya. Dia berjalan menuju gerbang istana dengan bertelanjang bulat. Ketika itu para budak perempuan melihat tuhan mereka memiliki badan yang buruk. Mereka tak menyangka ternyata tuhan yang selama ini mereka sembah memiliki bentuk tubuh yang buruk. Semenjak itu mereka tak lagi menyembah Fir'aun.

Kisah ini termaktub dalam Sullamul Munajat karangan alim Hijaz terkemuka, Syekh Nawawi al-Bantani. Putra Tenara Banten itu menulis kitab tersebut untuk menguatkan keimanan masyarakat yang membacanya.

Buku yang berarti tangga menuju keselamatan itu terdiri atas beberapa bab. Ba gian pertama adalah sejumlah bab tentang keimanan. Di dalamnya ada bab tentang syahadat, iman, dan penjelasan mengenai sifat Allah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement