Kamis 01 Mar 2018 07:21 WIB

Universitas Islam Internasional Indonesia Didik Imam Moderat

Peran Indonesia belum maksimal dalam mempromosikan nilai-nilai Islam moderat.

Rep: Novita Intan/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah umat Muslim melakukan shalat qiamullail.
Foto: Mahmud Muhyidin
Sejumlah umat Muslim melakukan shalat qiamullail.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah tengah menyiapkan berdirinya Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Jalur pendidikan tinggi Islam tingkat pascasarjana kampus ini akan mempersiapkan para imam sekaligus akademisi yang dapat mempromosikan Islam yang toleran, ramah, dan moderat ke dunia internasional.

Hal ini dinyatakan Staf Ahli Menteri Agama RI Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi, Oman Fathurahman. Oman yang tergabung dalam tim akademik UIII baru saja melakukan kunjungan ke Civilization Exchange and Cooperation Foundation (CECF), Baltimore, Maryland, AS guna mengikuti Program International Visitor Leadership Program (IVLP) On Demand, US Department of State. Program ini mengusung tema "Strengthening Moderate Voices in Higher Education".

Tim Indonesia terdiri dari Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Bahtiar Effendy, staf ahli Menteri Agama Oman Fathurahman, Ismatu Ropi, Jajang Jahroni, Dadi Darmadi, dan Sekretariat Wakil Presiden Kaharudin.

Pada hari pertama (26/2), tim ini berdialog dan bertukar pengalaman bersama President of the Civilizations Exchange & Cooperation Foundation Imam Mohamad Bashar Arafat di Baltimore, Maryland. Oman mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara Muslim terpenting dalam membangun peradaban dunia yang lebih baik, damai, adil, dan demokratis.

"Beberapa bulan lalu bertemu langsung dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin, untuk menunjukkan keseriusannya mengajak Indonesia untuk lebih berperan di dunia internasional," ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Jakarta, Kamis (1/3).

Hanya saja, dibanding dengan kapasitasnya yang sangat besar itu, menurutnya peran Indonesia masih dianggap belum maksimal dalam mempromosikan nilai-nilai Islam yang moderat (wasathiyah) ke dunia internasional. Oman mengatakan meski cukup aktif menyuarakan pentingnya membangun Islam rahmatan lilalamin di ruang publik, tapi muslim Indonesia dinilai masih lebih banyak menghabiskan energinya untuk persoalan-persoalan domestik kontroversial dalam dirinya sendiri.

Salah satu program yang selama ini dilakukan oleh Civilizations Exchange & Cooperation Foundation di Baltimore adalah mengkoordinir para imam dari berbagai negara Muslim untuk melakukan kegiatan cultural exchange bersama para pendeta, rabi, pastor, dan tokoh-tokoh agama lainnya. Program ini dimaksudkan untuk menerjemahkan konsep Islam rahmatan lil alamin ke dalam bentuk kegiatan interaktif yang lebih praktis.

Menurut Oman, Imam Mohamad Bashar Arafat menerjemahkan konsep Islam rahmatan lil alamin menjadi kegiatan-kegiatan dalam program yang dikreasi dengan moto Better Understanding for Better World (BUBW). Selain mengundang professor di bidang kajian Islam dari luar, Oman menyarankan, UIII juga dapat menyelenggarakan program pengiriman professor Muslim ke kampus-kampus di Barat/Eropa untuk memberikan kuliah umum tentang Islam Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement