REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam datang di Belgia, negara dengan luas 30.528 km persegi ini, sejak awal 1960-an lewat tangan para imigran dari negara-negara Muslim.
Migrasi tersebut bertepatan dengan penandatanganan perjanjian migrasi dengan Maroko dan Turki.
Akhir 1960-an, penandatanganan serupa terlaksana dengan Aljazair dan Tunisia. Berbeda dengan Belanda, Belgia memiliki hubungan dengan dunia Muslim selama periode kolonial.
Bousetta dan Marechal dalam Islam and Muslims in Belgium; Local Stakes and Global Reference menyebutkan, jumlah Muslim Belgia diperkirakan sebanyak 250 ribu atau sekitar empat persen dari total penduduk negara yang kini dipimpin oleh Raja Philippe itu.
Muslim Belgia, sama halnya dengan negara lain di Uni Eropa, adalah minoritas. Kendati demikian, diakui tak ada data resmi berapa jumlah Muslim di Belgia lantaran pemerintah belum melakukan sensus nasional yang spesifik mendata umat Islam.
Kelompok Muslim terbesar di negara yang beribukotakan Brussel itu berasal dari Turki dan Maroko. Jumlah mereka sebanyak 35 persen. Lebih banyak dari Muslim asli yang berkewarganegaraan Belgia.
Menurut euro-islam, data statistik dari 2003 menunjukkan jumlah Muslim Belgia yang berasal dari Maroko sebanyak 125 ribu dan Turki 70 ribu.
Adapun Aljazair berjumlah 8.500 dan Tunisia 4.000. Sedangkan, populasi lainnya berasal dari Bosnia-Herzegovina, Pakistan, Lebanon, Iran, Suriah, dan Mesir.
Marechal menjelaskan, 113 ribu orang dari negara-negara Muslim telah mengakuisisi kewarganegaraan Belgia antara 1985 dan 1997. Pada kurun waktu 2003 dan 2007, populasi ini meningkat hampir dua kali lipat.
Sosiolog Belgia Jan Hertogen menerbitkan statistik pada 2007 yang menyebutkan, pada 2004, jumlah imigran yang terbesar di Belgia bukan lagi berasal dari Maroko, melainkan dari Italia.
Turki berada di tempat ketiga dengan jumlah 159 ribu. Namun, temuan Hertogen ini dibantah Pusat Persamaan Kesempatan dan Oposisi untuk Rasisme Belgia pimpinan Jozef De Witte.
Sementara, sebaran Muslim di Belgia paling dominan berada di Brussels. Persentasenya mencapai 20 persen.
Sebagian Muslim lainnya tinggal di daerah industri selatan yang berbahasa Prancis. Brussels adalah rumah bagi lebih dari 50 persen imigran dari Maroko.
Mereka juga tinggal di Antwerp, Liege, Hainaut, di wilayah Charleroi dan di Limburg.
Setengah dari Imigran Turki menetap di Flanders, terutama Antwerp, Ghent, dan Limburg.
Mereka tinggal juga di daerah tertentu di Brussels (seperti Schaerbeek, Saint-Josse.) Dan, di daerah Walloon dari Belgia di wilayah Hainaut dan Liege.