Selasa 23 Feb 2016 04:32 WIB

5 Tokoh Muslim Berjasa Selamatkan Yahudi dari Nazi

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Hitler bersama pejabat Nazi di depan Menara Eiffel
Foto: Daily Quenchers
Hitler bersama pejabat Nazi di depan Menara Eiffel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Barat saat ini menstigmatisasi Muslim selalu identik dengan kekerasan dan pembenci Yahudi (anti-Semit). Padahal dalam sejarahnya, Yahudi mendapatkan tempat dalam komunitas Muslim di Timur Tengah dan beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim di kawasan Eropa Barat.

Gambaran Muslim yang melindungi kelompok Yahudi ini terlihat jelas di saat berlangsungnya Perang Dunia II di daratan Eropa sekitar 1940-an.

Beberapa nama dari tokoh Muslim dunia tercatat memiliki andil besar menyelamatkan banyak Yahudi dari ancaman pembantaian Holocaust di Eropa saat itu. Dilansir dari Al Arabiya, setidaknya terdapat lima nama tokoh Muslim berjasa menyelamatkan Yahudi selama Perang Dunia ke II, di antaranya:

1. Raja Albania, Zog I (1928-1939) yang memimpin negara berpenduduk mayoritas Muslim di Eropa saat itu. Ia membuka perbatasan wilayahnya sebagai jalan keluar dari siksaan Nazi Jerman. Inilah yang membuat Albania memiliki jumlah populasi Jews terbesar setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Salah satu tokoh penting Yahudi yang ia selamatkan pada saat itu adalah pemimpin agama Yahudi terkemuka, seperti Imam Khalid Latif, Rabbi Yehuda Sarna, dan wanita Yahudi yang selamat saat Holocaust, Johanna Neumann, ternyata diselamatkan oleh Muslim selama Perang Dunia II.

2. Ismail Necdet Kent (hidup 1911-2002), ia merupakan seorang diplomat Turki di wilayah Marseilles, Prancis, selama 1941 hingga 1944. Ismail memberikan dokumen kewarganegaraan, menyelamatkan Yahudi Prancis yang tidak memiliki identitas dan terancam dideportasi.

Dilaporkan, Necdet Kent pernah melobi pemimpin Gestapo (polisi rahasia Nazi Jerman) untuk melepaskan 80 orang Yahudi di Marseilles yang akan dibawa ke kamp konsentrasi. Kent beralasan orang-orang yang ditahan tersebut bukanlah Yahudi, melainkan warga negara Turki, tapi pemimpin Gestapo menolak.

Kent memaksa dengan ikut bersama kereta tersebut dan menjelaskan betapa pentingnya para Yahudi yang ia klaim sebagai warga negara Turki ini. Kegigihan kompromi Kent membuat pemimpin Gestapo tidak memiliki pilihan dan akhirnya membebaskan 80 orang Yahudi ini, mereka selamat dari kamp konsentrasi.

3. Sultan Morroco Mohammad V. Selama Perang Dunia II, Sultan Mohammed menolak menerapkan kebijakan anti-Semit di wilayah Magribi. Setidaknya, 200 ribuan Yahudi terselamatkan. Sultan Mohammed V juga mengundang para Rabbi pada 1941 untuk melaksanakan perayaan Yahudi.

Selama Holocaust, pemerintah sementara Prancis pro-Nazi, Vichy, termasuk mengendalikan Maroko. Pada 1941, pemerintahan ini membuat undang-undang mendiskriminasi Yahudi di Maroko. Jumlah intelektual, dokter, dan pengacara Yahudi dibatasi, siswa Yahudi juga didepak dari sekolah.

Namun, Sultan Mohammed V mengatakan kepada para pemimpin Yahudi aturan pemerintahan boneka Vichy, Nazi tidak berlaku di Maroko. Dia percaya bahwa orang-orang Yahudi harus diperlakukan sama dengan umat Islam. Dia menekankan bahwa properti dan kehidupan orang-orang Yahudi Maroko tetap berada di bawah perlindungannya.

4. Khaled Abdul Wahab (1911-1997), ia merupakan warga Tunisia yang juga dikenal sebagai Arab Schindler. Ini disebabkan jasanya menyelamatkan beberapa keluarga Yahudi dari eksekusi mati saat pemerintahan Prancis, Vitchy, yang juga negara boneka Nazi Jerman.

Saat Nazi Jerman menginvasi Mahdia, di Tunisia, Desember 1942, Khaled berhasil menyelamatkan 24 keluarga Yahudi. Mereka diselamatkan Khaled menggunakan mobil secara bergantian sejauh 20 miles untuk menghindari tentara Nazi Jerman.

5. Si Ali Sakkat, selama karier politiknya, ia pernah dinobatkan sebagai Gubernur Kota Tunis pada 1940. Ia menikmati masa pensiunnya dengan berladang, tapi ia menemukan beberapa ladang di dekat miliknya yang dijadikan wilayah kerja paksa untuk Yahudi. Saat pertempuran Tunisia antara Nazi dengan sekutu, Sakkat membantu 60 buruh Yahudi melarikan diri dan tinggal di ladangnya bersama pasukan sekutu.

Saat pertempuran Tunisia tersebut, ia telah memiliki insting bahwa pasukan sekutu akan mengambil alih Tunisia dari tangan Nazi Jerman. Kesempatan ini pun diambilnya dengan memberanikan diri menyelamatkan 60 buruh tani Yahudi untuk masuk ke dalam ladang miliknya dan memberikan perlindungan.

Amri Amrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement