Senin 08 Feb 2016 19:48 WIB

Kencan Singkat Muslim Australia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agung Sasongko
Muslim Australia
Foto: Australia Plus
Muslim Australia

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Hana Assafitri tahu betul bagaimana memanfaatkan kekuatan perempuan. Ia memulainya dengan sebuah bar sup Maroko di Fitzroy Utara di Melbourne sekitar 15 tahun lalu.

Ia mempekerjakan perempuan dari golongan ekonomi lemah untuk keluar dari siklus kemiskinan dan kekerasan domestik. Ia mengajari mereka kemampuan untuk menyediakan makanan bagi komunitasnya masing-masing.

Setiap dua pekan pada pukul tiga sore hari Ahad, perempuan muslim berkumpul di restoran. Mereka datang tidak hanya untuk makan tapi juga melakukan 'kencan singkat Muslim'.

Kencan tersebut adalah mimpi Assafitri yang jadi nyata, yang memberi kesempatan pada setiap orang untuk bertanya apa pun tentang Muslim. Assafitri membentuk kelompok berisi 30 orang pria dan perempuan. Mereka berkumpul di meja-meja bundar dengan perempuan Muslim di antara mereka.

"Tidak ada apa-apa di meja, pertanyaanmu bisa benar-benar jujur dan apa adanya," kata Assafitri, dikutip Guardian.

Ia menuturkan satu-satunya syarat untuk bergabung adalah saling menghormati. Tidak ada niat untuk melecehkan dan mendiskriminasikan perempuan Musim tersebut.

Assafitri memastikan bahwa setiap perempuan Muslim mengutarakan pandangannya sendiri dan tidak mewakili Islam atau Muslim secara keseluruhan. Pada akhirnya, tambah Assafitri, tidak ada pandangan dalam Islam tentang pelecehan dan penindasan.

Saat percakapan berlangsung, ada pujian, sorakan dan restoran dipenuhi dengan canda tawa. Tidak seprti kencan singkat lainnya, dimana pria berkeliling ruangan dan menyambangi perempuan berbeda setiap menit, kencan singkat Assafitri lebih informal.

Selama kurang lebih satu jam, pria dan wanita berpindah-pindah meja. Di satu meja, ada agenda kontemplasi seperti sama-sama berpikir bagaimana kricuhan Cronulla bisa terjadi di Melbourne.

Tidak ada yang memiliki jawaban pasti, tapi semua sepakat bahwa ada ketegangan yang berbeda. Melibatkan beragam lapir toletansi hingga tahap ketegangan rasial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement