Kamis 06 Jun 2019 11:11 WIB

India Beri Pengaruh Tradisi Penerjemahan Abbasiyah

Sekitar 771 M, seorang pengembara India memperkenalkan naskah astronomi.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradaban lain yang banyak berpengaruh pada tradisi penerjemahan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah India. Sekitar 771 M, seorang pengembara India memperkenalkan naskah astronomi yang berjudul Siddhanta (Sindhind dalam bahasa Arab) ke Baghdad.

Atas perintah khalifah al-Manshur, naskah Sinddhanta kemudian diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari (wafat 806 M) yang kemudian menjadi astronom Muslim pertama. Ilmuwan Muslim paling menonjol pada zamannya, al-Khawarizmi (wafat 850 M), menjadi kan terjemahan astronomi al-Fazari sebagai rujukan untuk menulis tabel astronomi.

Baca Juga

Tak hanya membawa naskah astronomi, pengembara India tersebut juga membawa naskah matematika. Karena itu, bilangan di Eropa disebut dengan bilangan Arab dan bilangan Hindi masuk ke dunia Arab. Tak hanya itu, pada abad sembilan, India juga memberikan sumbangan penting terhadap ilmu ma te matika Arab, yaitu sistem desimal.

Dari peradaban Persia, penerjemahan yang dilakukan umumnya adalah penerjemahan karya sastra yang diubah ke dalam bahasa Arab, salah satunya adalah karya sastra Kalilah wa Dimnah. Kalilah wa Dimnah adalah sebuah karya sastra terjemahan dari bahasa Persia yang sebelumnya merupakan terjemahan dari bahasa Sansekerta. Karya sastra asli Kalilah wa Dimnah dibawa dari India ke Persia. Karya sastra ini kemudian menjadi landasan terjemahan karya sastra ke dalam 40 bahasa lainnya.

Kalilah wa Dimnah berisi tentang panduan mengenai hukum-hukum pemerintahan yang disampaikan dalam bentuk fabel. Nas kahnya diterjemah kan ke dalam bahasa Arab oleh Ibn al-Muqaffa, seorang penganut Zoroaster yang telah me meluk Islam. Terjemahan al-Mu qaf fa tampil sebagai karya yang bernuansa puitis. Sejak saat itu, prosa Arab masa Dinasti Abbasiyah memunculkan nuansa Persia dalam gaya yang elegan, imajinasi yang hidup, dan ungkapan-ungkapan bersayap.

Tak hanya karya sastra, karya astronomi lainnya juga diterjemahkan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab oleh kepala perpustakaan zaman Harun al-Rasyid, yaitu al Fadhl bin Nawbakhti (wafat 815 M). Semua karya terjemahan dari Yunani, India, dan Persia itu akhirnya mengisi koleksi perpustakaan terbesar di dunia zaman itu, Bayt al-Hikmah.

Lewat upaya penerjemahan karya Yunani, Persia, dan India oleh dunia Islam inilah akhirnya Eropa mendapat kembali akses ilmu pengetahuan de ngan menerjemahkan naskah ilmu penge ta huan dalam bahasa Arab itu ke bahasa Latin. Padahal, naskah Yunani sebelumnya ada di depan pintu rumah mereka, namun terabaikan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement